Bukan Kiamat, BMKG Ungkap Arti Gerak Semu Matahari di Utara

Sabtu, 19 Juni 2021

ilustrasi internet

RADARPEKANBARU.COM -- Sebuah cuplikan video viral di jagat maya, yang menyebut Matahari terbit dari utara di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan. Fenomena itu disebut akibat dari adanya gerak semu tahunan Matahari (GSTM). Badan Metereologi dan Klimatologi Geofisika (BMKG) membeberkan terjadinya fenomena alam di Bumi.

Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Siswanto menjelaskan fenomena itu terkait dengan adanya gerak semu tahunan Matahari (GSTM). Fenomena GSTM dijelaskan membuat Matahari tidak selalu tepat terbit di arah timur, namun seolah terbit semakin ke utara atau ke selatan tergantung bulan tertentu.

Ia mengatakan terjadinya fenomena GSTM disebabkan revolusi bumi, yaitu gerak putar bumi pada orbitnya mengelilingi Matahari. Namun, poros Bumi ketika mengelilingi Matahari tidak tegak lurus, melainkan miring 23,5 derajat. Sehingga menyebabkan gerak semu seolah-olah Matahari bergerak lebih ke utara atau selatan, terutama jika diamati dari khatulistiwa seperti dari kawasan Indonesia.

"Pada 22 Desember-21 Juni matahari seolah-olah bergeser ke belahan Bumi utara dan pada 22 Juni-21 Desember matahari seolah bergerak ke arah belahan Bumi selatan. Ini juga yang menyebabkan kadang-kadang seolah-olah Matahari terbit seperti dari arah agak utara atau selatan," ujar Siswanto lewat pesan teks, Jumat (18/6).

Di samping itu Siswanto menjelaskan terdapat dua jenis gerak semu Matahari, yakni GSM tahunan dan harian. Untuk gerak semu tahunan Matahari menyebabkan pergantian musim. "Lalu gerak semu harian Matahari (GSHM) mengakibatkan adanya pergantian siang dan malam di planet Bumi,"ujarnya.

Pergerakan Matahari ini dianggap semu, sebab bagi pengamat di Bumi yang tampak bergerak adalah Matahari. Padahal kenyataannya, kata dia 'pergerakan' Matahari yang nampak oleh pengamat di Bumi terjadi akibat gerak Bumi terhadap Matahari. Terjadi gerak rotasi Bumi menyebabkan GSM harian, sementara revolusi Bumi menyebabkan GSM tahunan.

Dikutip buku Ilmu Pelayaran Astronomiuntuk ANT-III dan IV, GSM juga mengakibatkan perbedaan panjang waktu siang dan malam di berbagai belahan Bumi. Disebutkan bahwa belahan Bumi selatan, siang hari akan lebih panjang antara 23 September hingga 21 Maret. Sementara di belahan Bumi utara siang hari akan lebih panjang pada 21 Maret hingga 23 September.

Pada saat GSM berposisi tepat di khatulistiwa, kawasan Indonesia mengalami apa yang dikenal dengan peristiwa hari tanpa bayangan yang biasa terjadi sekitar Maret dan September setiap tahunnya. (cnn)