Ramadhan dan Aktualisasi Takwa

Senin, 06 Mei 2019

RADARPEKANBARU.COM.Ramadhan dapat dianggap sebagai sebuah sistem pendidikan Rabbani yang sangat efektif bagi pembentukan kesadaran diri dan karakter mulia. Pendidikan Ramadhan bersifat holistik, integratif, dan komprehensif. Itu meliputi pendidikan spiritual, sosial, intelektual, akhlak (moral), fisik, kesehatan, ekonomi, politik, dan budaya.

 

Tujuan pendidikan Ramadhan adalah mengaktualisasi takwa pada diri Mukmin yang berpuasa. Ibarat sebuah madrasah atau universitas, saat Ramadhan para peserta didik ditempa dan dilatih secara ketat dan penuh disiplin sehingga setelah lulus Ramadhan menjadi alumni yang berintegritas tinggi, mumpuni, berprestasi, dan unggul.

 

Hal itu tidak hanya memberikan maslahat untuk dirinya sendiri, tetapi juga keluarga, lingkungan, masyarakat, dan bangsanya. Takwa personal yang dihasilkan pendidikan Ramadhan, idealnya membuat seorang Mukmin semakin memiliki integritas kepribadian yang mulia, tahan dan kebal terhadap aneka godaan duniawi dan bujuk rayu setan.

 

Sementara itu, takwa sosial dari tempaan Ramadhan berarti tumbuhnya kesadaran kolektif dan komitmen kuat di kalangan umat Islam untuk membangun peradaban yang berkemajuan. Ramadhan memang didesain untuk membentuk pribadi yang saleh. Karakteristik itu sangat diperlukan untuk membangun budaya prestasi dan berkemajuan bagi umat dan bangsa. Umat Islam diperintahkan oleh Allah untuk berpuasa supaya menjadi pribadi yang bertakwa. Menjadikan takwa sebagai modal hidup juga merupakan perintah Allah SWT: "Bawalah bekal karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Dan bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat!"(QS al-Baqarah: 197).

 

Takwa sebagai proses perjalanan hidup yang harus dilalui Muslim sejatinya dapat mengantarkan pada derajat dan kualitas hidup yang lebih tinggi. Karena itu, perintah bertakwa dalam Alquran itu disertai dengan harapan-harapan masa depan yang lebih baik, yaitu menjadi orang-orang yang beruntung, mendapat rahmat Allah SWT, dan menjadi orang-orang yang bersyukur. Proses bertakwa atau menempuh peta jalan takwa itu diperlukan agar Muslim bisa menjadi orang beruntung (muflih, faiz), pemenang (hawa nafsu dan godaan setan), mendapat rahmat Allah, dan menjadi orang yang bersyukur.

 

Menjadi orang bertakwa berarti proses menjadi pemenang yang beruntung di dunia dan akhirat serta selalu memperoleh rahmat-Nya. Aktualisasi takwa yang mengantarkan pada keberuntungan, kasih sayang Allah, dan kebersyukuran tersebut harus dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata. Indikatornya adalah orang bertakwa itu senantiasa berkompetensi menyelesaikan persoalan sekaligus memperoleh rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka (Lihat QS at-Thalaq [65]: 2-3). Semoga Ramadhan nanti dapat mengantarkan para shaimin menjadi orang bertakwa dalam arti yang sesungguhnya!.(rep)