Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
CIIA: Pemerintah dan Media Mainstream Mainkan Standar Ganda dalam Kasus Aceh Singkil dan Tolikara
RADARPEKANBARU.COM-Kasus pembakaran rumah ibadah kembali terjadi di Indonesia. Selasa (13/10/2015) siang di Aceh Singkil, Aceh telah terjadi pembakaran gereja liar oleh sekelompok massa.
Sebelumnya, di Tolikara, Papua sebuah masjid diserang dan dibakar oleh sekelompok massa saat umat Islam tengah melakukan shalat Idul Fitri pada Juli 2015 silam.
“Kasus Aceh Singkil yang terkait terbakarnya gereja Pak Presiden begitu cepat merespon bahkan meminta kepada Kapolri dan Menkopolhukam untuk followup instruksi atau respon presiden. Dan masyarakat luas disuguhi begitu cepatnya Kapolri menyimpulkan bahwa bentrokan yang terjadi di Aceh Singkil itu direncanakan.”
Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mengatakan dari dua kasus tersebut ada ketidakadilan yang dilakukan pemerintah dan media massa arus utama (mainstream) dalam menyikapinya.
“Kasus Aceh Singkil yang terkait terbakarnya gereja Pak Presiden begitu cepat merespon bahkan meminta kepada Kapolri dan Menkopolhukam untuk followup instruksi atau respon presiden.
Masyarakat luas disuguhi begitu cepatnya Kapolri menyimpulkan bahwa bentrokan yang terjadi di Aceh Singkil itu direncanakan,” ungkap Harits dalam rilis yang diterima voa-islam, Rabu (14/10/2015) pagi.
Berbanding terbalik ketika dihadapkan kepada kasus pembakaran masjid dan bentrokan di Tolikara. “Seolah pemerintah bahkan Pak Presiden gagap untuk menyikapi. Banyak retorika yang esensinya mengaburkan masalah sebenarnya,” lanjut Harits.
Selanjutnya dari sisi pemberitaan, media massa arus utama media begitu semangat menabuh genderang tentang intoleransi dengan bahasa yang terang terkait kasus gereja di Aceh Singkil. Kata Harits, media bahkan memainkan (simbiosis mutualisme) para pemuja liberalisme dan pluralisme untuk menjadi narasumber menguatkan opini yang dikonstruksi oleh media.
“Standar ganda seperti sudah menjadi pakem bagi penguasa dan media jika mengelola isu terkait dengan kehidupan beragama. Apakah jika kekerasan atau pembakaran tempat ibadah itu menimpa gereja itu baru dibilang tindakan intoleransi? Sementara jika menimpa kepada masjid itu bukan intoleransi bahkan umat Islam harus bersabar dan memaafkan serta harus cepat keluar kata damai biar dianggap toleran,” kata Harits.(radarpku)
Sumber : voa-islam.com
Titik Balik Pezina yang Temui Ajalnya Setelah Bertobat kepada Allah SWT
RADARPEKANBARU.COM - Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar RA mengisahkan perjalanan seoran.
Jamaah Haji Ingin Meninggal di Tanah Suci, Benarkah Jadi Tanda Husnul Khatimah?
RADARPEKANBARU.COM - Banyak jamaah haji Indonesia yang ingin meninggal dunia di Tanah Suci, baik itu.
Ini yang Membuat Nabi Muhammad Mengenali Kita di Hari Kiamat
RADARPEKAANBARU.COM - Ternyata seorang Muslim yang banyak bersujud memiliki keutamaan yang besar di .
Keutamaan Membangun Masjid
RADARPEKANBARU.COM - Syaikh Hasan Muhammad Ayyub dalam bukunya “Panduan Beribadah Khusus Pria” m.