PILIHAN +INDEKS
Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Dibaca : 2578 Kali
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Dibaca : 2742 Kali
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
Dibaca : 2558 Kali
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Dibaca : 2414 Kali
LSI: Publik Ogah Mega Jadi Ketua Umum PDIP Lagi
Megawati Soekarnoputri, Jokowi dan Puan Maharani berfoto dengan partai
pendukung usai pembukaan Rakernas PDIP ke-IV di Semarang, Jateng, 19
September 2014. Selain partai pendukung Jokowi-JK, pembukaan Rakernas
PDIP juga dihadiri 2 partai Koalis
JAKARTA,RADARPEKANBARU.COM - Direktur Riset Lembaga Survei Indonesia (LSI) Hendro Prasetyo menyarankan Megawati Soekarnoputri lebih baik tidak maju lagi sebagai Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dalam kongres yang akan digelar April mendatang.
Sigi LSI terbaru yang melibatkan 1.220 responden itu menunjukkan 51 persen responden menghendaki Mega, 68 tahun, tak usah menjabat ketua umum lagi untuk lima tahun ke depan. "Publik merasa partai politik sebaiknya dipimpin oleh tokoh muda," kata Hendro saat merilis hasil survei di kantornya, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 25 Januari 2015.
Megawati menjadi Ketua Umum PDI sejak 1993. Saat PDI berubah menjadi PDI Perjuangan pada 1999, Mega menjadi ketua umum hingga saat ini. Setidaknya, sudah 22 tahun Mega memimpin partai kaum Marhaen itu. Peserta Rapat Kerja Nasional PDIP September tahun lalu secara aklamasi merekomendasikan Mega memimpin partai lagi periode 2015-2020. Padahal survei LSI menunjukkan 60 persen responden menginginkan generasi muda memimpin partai.
Survei yang digelar pada awal Januari dengan metode wawancara tatap muka itu juga menunjukkan kader PDIP yang kini presiden, Joko Widodo, 53 tahun, lebih tepat pemimpin partai banteng lima tahun ke depan ketimbang Mega.
Jokowi didukung responden 36,8 persen, Mega hanya 23,9 persen. Survei regenerasi partai politik yang digelar Cyrus Network awal Desember tahun lalu juga menunjukkan Jokowi dianggap lebih mampu memimpin PDIP ketimbang Mega. Perbandingannya, Jokowi didukung 26,1 persen responden, Mega hanya 16,7 persen.
Menurut Hendro, publik merasa tokoh muda lebih bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perkembangan zaman. "Tokoh muda yang diinginkan itu berusia 41-50 tahun," katanya.
Ketua PDIP Maruarar Sirait menyatakan persepsi publik itu tak akan mempengaruhi sikap kader partai yang tetap membutuhkan sosok matang untuk memimpin. "Kami yakin Ibu Mega lebih memahami apa dan bagaimana keadaan partai ini ke depan," ujarnya saat dihubungi.
Menurut Maruarar, Mega adalah pendiri partai yang masih patut memimpin. Apalagi di tengah banyaknya perpecahan partai politik yang terjadi saat ini. PDIP sebisa mungkin menghindari hal itu dengan tetap menyerahkan tampuk kekuasaan pada sosok yang dihormati dan disegani.
Ia menegaskan Megawati bakal tetap maju dalam kongres mendatang. "Tanpa pemimpin utama, kaderisasi tokoh muda tak akan berjalan. Jadi, Ibu Mega masih kami butuhkan di tubuh partai," kata Ketua DPP Bidang Pemuda dan Olahraga ini. "Saran-saran dari publik yang menginginkan agar Jokowi naik sebagai ketua umum tentu akan dipertimbangkan."
Politikus PDIP, Ganjar Pranowo, mengatakan publik bersikap permisif ketika menginginkan Jokowi sebagai calon ketua umum partai. "Padahal sebelumnya publik menyarankan tak ada rangkap jabatan sebagai presiden dan pemimpin partai politik," ujarnya.
Ganjar menganggap ketokohan menjadi faktor penting dalam hal ini. "Siapa yang terlihat lebih sering muncul di media sebagai media darling dan akrab di telinga, itu yang lebih dijagokan," kata Gubernur Jawa Tengah itu.***
Sumber : Tempo
Sigi LSI terbaru yang melibatkan 1.220 responden itu menunjukkan 51 persen responden menghendaki Mega, 68 tahun, tak usah menjabat ketua umum lagi untuk lima tahun ke depan. "Publik merasa partai politik sebaiknya dipimpin oleh tokoh muda," kata Hendro saat merilis hasil survei di kantornya, Menteng, Jakarta Pusat, Ahad, 25 Januari 2015.
Megawati menjadi Ketua Umum PDI sejak 1993. Saat PDI berubah menjadi PDI Perjuangan pada 1999, Mega menjadi ketua umum hingga saat ini. Setidaknya, sudah 22 tahun Mega memimpin partai kaum Marhaen itu. Peserta Rapat Kerja Nasional PDIP September tahun lalu secara aklamasi merekomendasikan Mega memimpin partai lagi periode 2015-2020. Padahal survei LSI menunjukkan 60 persen responden menginginkan generasi muda memimpin partai.
Survei yang digelar pada awal Januari dengan metode wawancara tatap muka itu juga menunjukkan kader PDIP yang kini presiden, Joko Widodo, 53 tahun, lebih tepat pemimpin partai banteng lima tahun ke depan ketimbang Mega.
Jokowi didukung responden 36,8 persen, Mega hanya 23,9 persen. Survei regenerasi partai politik yang digelar Cyrus Network awal Desember tahun lalu juga menunjukkan Jokowi dianggap lebih mampu memimpin PDIP ketimbang Mega. Perbandingannya, Jokowi didukung 26,1 persen responden, Mega hanya 16,7 persen.
Menurut Hendro, publik merasa tokoh muda lebih bisa menyesuaikan diri dengan tuntutan dan perkembangan zaman. "Tokoh muda yang diinginkan itu berusia 41-50 tahun," katanya.
Ketua PDIP Maruarar Sirait menyatakan persepsi publik itu tak akan mempengaruhi sikap kader partai yang tetap membutuhkan sosok matang untuk memimpin. "Kami yakin Ibu Mega lebih memahami apa dan bagaimana keadaan partai ini ke depan," ujarnya saat dihubungi.
Menurut Maruarar, Mega adalah pendiri partai yang masih patut memimpin. Apalagi di tengah banyaknya perpecahan partai politik yang terjadi saat ini. PDIP sebisa mungkin menghindari hal itu dengan tetap menyerahkan tampuk kekuasaan pada sosok yang dihormati dan disegani.
Ia menegaskan Megawati bakal tetap maju dalam kongres mendatang. "Tanpa pemimpin utama, kaderisasi tokoh muda tak akan berjalan. Jadi, Ibu Mega masih kami butuhkan di tubuh partai," kata Ketua DPP Bidang Pemuda dan Olahraga ini. "Saran-saran dari publik yang menginginkan agar Jokowi naik sebagai ketua umum tentu akan dipertimbangkan."
Politikus PDIP, Ganjar Pranowo, mengatakan publik bersikap permisif ketika menginginkan Jokowi sebagai calon ketua umum partai. "Padahal sebelumnya publik menyarankan tak ada rangkap jabatan sebagai presiden dan pemimpin partai politik," ujarnya.
Ganjar menganggap ketokohan menjadi faktor penting dalam hal ini. "Siapa yang terlihat lebih sering muncul di media sebagai media darling dan akrab di telinga, itu yang lebih dijagokan," kata Gubernur Jawa Tengah itu.***
Sumber : Tempo
BERITA LAINNYA +INDEKS
PKB dan Nasdem Gabung Prabowo, Koalisi Perubahan Bubar!
RADARPEKANBARU.COM - Pascapenetapan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden-wak.
Sah, Prabowo-Gibran Presiden dan Wapres Terpilih
RADARPEKANBARU.COM - Komisi Pemilihan Umum (KPU) resmi menetapkan pasangan Prabowo Subianto dan Gibr.
Hari Ini Program Makan Siang dan Susu Gratis Dibahas KPK
RADARPEKANBARU.COM - Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHP.
Sejarah Tercipta, Bantai Yordania, Indonesia U-23 Lolos ke Fase Gugur Piala Asia 2024
RADARPEKANBARU.COM - Timnas Indonesia sukses melaju ke babak gugur setelah memas.
Putusan MK Diharapkan Tanpa Tekanan Pihak Manapun
RADARPEKANBARU.COM - Menjelang putusan Mahkamah Kons.
Gol Komang Teguh Buka Peluang Timnas U-23 Lolos 8 Besar
RADARPEKANBARU.COM - Tampil percaya diri, Timnas Indonesia U-23 menang atas Australia dengan skor ti.
TULIS KOMENTAR +INDEKS