PILIHAN +INDEKS
Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Dibaca : 2654 Kali
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Dibaca : 2805 Kali
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
Dibaca : 2620 Kali
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Dibaca : 2481 Kali
Inilah Asal Kelemahan Kita
Ilustrasi
Radarpekanbaru.com- Pernahkah kita merasa terhimpit, Saudaraku? Di mana amanah seolah menjadi penjara jiwa. Rutinitas dakwah sudah seperti belenggu yang memberatkan. Kemudian dalam kelelahan itu, kita berpikir bahwa besar sekali pengorbanan yang telah kita lakukan. Namun tidak lama, kita kembali bersedih, mengingat sedikitnya apresiasi yang kita dapat. Reward yang kita raih tidak sebanding dengan cost yang kita keluarkan. Qiyadah rasanya tidak terlalu sensitif terhadap apa yang kita rasakan. Para jundi pun cuek, bak menutup mata dan meninggalkan kita.
Jika itu yang kita rasakan, bersabarlah, Saudaraku. Tidak ada pisau tajam tanpa dibakar dan ditempa. Tidak ada emas indah tanpa dipecah dan dilebur. Boleh jadi rasa sakit yang selama ini kita rasakan adalah sebuah proses, di mana Allah ingin mengajarkan kita tentang arti kekuatan yang sesungguhnya, tentang perjuangan yang sebenarnya, dan tentang pengorbanan yang seutuhnya.
Lihatlah kembali risalah ta'alim yang disusun Hasan al-Banna. Pemikir Islam tersebut mengawali kesepuluharkanul bai'ah itu dengan al-Fahm (pemahaman). Bahkan, poin al-Fahm ini mengungguli pembahasan yang lain, seperti al-Ikhlas, al-Amal, al-Jihad, at-Tadhiyah (pengorbanan), at-Taat (kepatuhan), ats-Tsabat (keteguhan), at-Tajarrud (kemurnian), al-Ukhuwah, dan ats-Tsiqoh (kepercayaan)! Karena wajar, Saudaraku, pilar-pilar yang lain tidak akan tegak manakala tidak diawali dengan membangun kepemahaman yang kokoh.
Saudaraku, selain penuh onak duri, jalan dakwah ini begitu panjang dan sempit. Itu sebabnya tidak semua orang dapat memasuki dan menjalaninya. Maka Saudaraku, bekalilah diri kita dengan kepemahaman. Karena kekecewaan kita, protes kita, atau keluh kita, boleh jadi adalah bukti ketidakmampuan kita dalam memahami hikmah atas apa yang Allah ajarkan kepada kita. Atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya kepemahaman kita dalam memaknai arti dakwah itu sendiri. Berhati-hatilah, Saudaraku. Ketika kita telah merasa berkorban, sesungguhnya kita belumlah berkorban. Karena tidak ada pengorbanan yang diiringi dengan penyesalan. Tidak ada pengorbanan yang disertai dengan kesombongan.
Dakwah ini berat, bagi mereka yang suka mengeluh. Dakwah ini menyakitkan, bagi mereka yang tidak pernah berkorban. Dakwah ini mengecewakan, bagi mereka yang selalu menuntut. Dakwah ini membosankan, bagi mereka yang jauh dari keteladanan. Dan pada akhirnya, dakwah ini hanyalah seonggok nurani yang terkapar, yang menunggu waktu hingga datang seorang juru dakwah yang tulus, kuat, dan teguh dalam mengemban amanah ini.
Ia mau menerima beban, lantaran sadar dan peduli bahwa harus ada yang memikul tanggung jawab ini. Ia siap menjalaninya, karena ia yakin tidak sendiri. Selalu ada 'tangan-tangan' tersembunyi yang senantiasa menuntun dan menolongnya. Selalu ada balasan yang besar dan derajat yang tinggi dari-Nya, itulah yang membuatnya tetap tersenyum meskipun ia terluka.
Saudaraku, simaklah apa yang pernah dituturkan Syaikhut Tarbiyah, Ust. Rachmat Abdullah,
"Allah memberi ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja, tentu kita tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya, yaitu bagi seorang da'i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azzam yang lemah, dan pengorbanan yang sedikit."
Allahu a'lam...
Sumber : Dakwatuna
Editor : Ahmad Adryan
Jika itu yang kita rasakan, bersabarlah, Saudaraku. Tidak ada pisau tajam tanpa dibakar dan ditempa. Tidak ada emas indah tanpa dipecah dan dilebur. Boleh jadi rasa sakit yang selama ini kita rasakan adalah sebuah proses, di mana Allah ingin mengajarkan kita tentang arti kekuatan yang sesungguhnya, tentang perjuangan yang sebenarnya, dan tentang pengorbanan yang seutuhnya.
Lihatlah kembali risalah ta'alim yang disusun Hasan al-Banna. Pemikir Islam tersebut mengawali kesepuluharkanul bai'ah itu dengan al-Fahm (pemahaman). Bahkan, poin al-Fahm ini mengungguli pembahasan yang lain, seperti al-Ikhlas, al-Amal, al-Jihad, at-Tadhiyah (pengorbanan), at-Taat (kepatuhan), ats-Tsabat (keteguhan), at-Tajarrud (kemurnian), al-Ukhuwah, dan ats-Tsiqoh (kepercayaan)! Karena wajar, Saudaraku, pilar-pilar yang lain tidak akan tegak manakala tidak diawali dengan membangun kepemahaman yang kokoh.
Saudaraku, selain penuh onak duri, jalan dakwah ini begitu panjang dan sempit. Itu sebabnya tidak semua orang dapat memasuki dan menjalaninya. Maka Saudaraku, bekalilah diri kita dengan kepemahaman. Karena kekecewaan kita, protes kita, atau keluh kita, boleh jadi adalah bukti ketidakmampuan kita dalam memahami hikmah atas apa yang Allah ajarkan kepada kita. Atau bisa juga disebabkan oleh kurangnya kepemahaman kita dalam memaknai arti dakwah itu sendiri. Berhati-hatilah, Saudaraku. Ketika kita telah merasa berkorban, sesungguhnya kita belumlah berkorban. Karena tidak ada pengorbanan yang diiringi dengan penyesalan. Tidak ada pengorbanan yang disertai dengan kesombongan.
Dakwah ini berat, bagi mereka yang suka mengeluh. Dakwah ini menyakitkan, bagi mereka yang tidak pernah berkorban. Dakwah ini mengecewakan, bagi mereka yang selalu menuntut. Dakwah ini membosankan, bagi mereka yang jauh dari keteladanan. Dan pada akhirnya, dakwah ini hanyalah seonggok nurani yang terkapar, yang menunggu waktu hingga datang seorang juru dakwah yang tulus, kuat, dan teguh dalam mengemban amanah ini.
Ia mau menerima beban, lantaran sadar dan peduli bahwa harus ada yang memikul tanggung jawab ini. Ia siap menjalaninya, karena ia yakin tidak sendiri. Selalu ada 'tangan-tangan' tersembunyi yang senantiasa menuntun dan menolongnya. Selalu ada balasan yang besar dan derajat yang tinggi dari-Nya, itulah yang membuatnya tetap tersenyum meskipun ia terluka.
Saudaraku, simaklah apa yang pernah dituturkan Syaikhut Tarbiyah, Ust. Rachmat Abdullah,
"Allah memberi ganjaran yang sebesar-besarnya dan derajat yang setinggi-tingginya bagi mereka yang sabar dan lulus dalam ujian kehidupan di jalan dakwah. Jika ujian, cobaan yang diberikan Allah hanya yang mudah-mudah saja, tentu kita tidak akan memperoleh ganjaran yang hebat. Di situlah letak hikmahnya, yaitu bagi seorang da'i harus sungguh-sungguh dan sabar dalam meniti jalan dakwah ini. Perjuangan ini tidak bisa dijalani dengan ketidaksungguhan, azzam yang lemah, dan pengorbanan yang sedikit."
Allahu a'lam...
Sumber : Dakwatuna
Editor : Ahmad Adryan
BERITA LAINNYA +INDEKS
Belum Bisa Berhaji? Tunaikan Ibadah Ini yang Pahalanya Setara
Ibadah haji hukumnya memang wajib namun bagi yang mampu (istatho'ah) dari berbagai aspek. Namun jika.
Keutamaan 10 Hari Pertama Dzulhijah
RADARPEKANBARU.COM - Ahmad Syahirul Alim dalam bukunya “Rahasia Puasa Sunah” mengatakan, Bulan D.
Batas Waktu Puasa Syawal 2024
RADARPEKANBARU.COM - Setelah merayakan hari raya Idul Fitri dengan menjalin silaturahmi dengan kelua.
Berjilbab tidak Boleh Asal, Ini Alasan dan Syaratnya
RADARPEKANBARU.COM - Jilbab selain merupakan perintah agama, juga merupakan identitas seorang Muslim.
Suara Perempuan Aurat, Benarkah Haram Bernyanyi?
RADARPEKANBARU.COM - Secara anatomi, perempuan dan laki-laki tentu berbeda. Islam pun memahami hal i.
Akhlak Rasulullah Ketika Hendak Tidur
RADARPEKANBARU.COM - Rasulullah SAW adalah suri teladan bagi umatnya, karena segala sesuatu yang dil.
TULIS KOMENTAR +INDEKS