Keutamaan Tafakur

Senin, 05 Agustus 2019

ilustrasi internet

RADARPEKANBARU.COM - Allah SWT telah memberikan karunia kepada manusia berupa akal. Dalam Alquran, orang-orang yang berakal disebut ulil albab, yaitu orang yang mempergunakan akalnya untuk melakukan tafakur. Tafakur berasal dari akar kata fikr yang berarti memikirkan.

 

''Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), 'Wahai Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'.'' (QS Ali Imran [3] : 190-191).

 

Ayat di atas menerangkan, tafakur yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah tafakur yang dibarengi dengan zikir kepada-Nya. Sayid Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalilquran menerangkan, ulil albab adalah orangorang yang memiliki pemikiran dan pemahaman yang benar. Mereka membuka pikirannya untuk menerima tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

 

Beberapa ayat Alquran diakhiri penegasan tentang tafakur, seperti, ''Agar kamu memikirkan,'' (QS al-Baqarah [2] : 219); ''Terdapat tandatanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir,'' (QS ar-Rum [30] : 21, QS az-Zumar [39] : 42). Rasulullah SAW bersabda, "Merenung sesaat untuk (bertafakur) lebih besar nilainya daripada amal-amal kebajikan yang dikerjakan oleh dua jenis makhluk (manusia dan jin)." (HR Ibnu Majah).

 

Objek tafakur tidak terbatas jumlahnya. Mulai dari penciptaan diri kita sendiri, penciptaan berbagai makhluk hidup di muka bumi, tatanan alam semesta yang menakjubkan, aneka peristiwa yang terjadi, sejarah masa lalu, serta hal-hal yang gaib hingga kehidupan akhirat. Dengan tafakur, kita bisa menghayati secara lebih mendalam tentang kebesaran dan kekuasaan Allah SWT.

 

Fenomena alam yang biasa terjadi, seperti turunnya hujan, pergantian siang dan malam, atau pergerakan angin, sering dianggap sebagai rutinitas. Padahal, jika rutinitas tersebut ditafakuri secara mendalam, akan terbukalah kebesaran-Nya dengan lebih mendalam.

 

Saat terjadi fenomena alam yang jarang terjadi atau datang tiba-tiba, seperti, gerhana matahari, gerhana bulan, gempa bumi atau gunung meletus, seketika akan membuat kita bertafakur. Kita menyadari betapa lemah dan kecilnya serta tidak berdayanya kita di hadapan keagungan, kebesaran, dan kekuasaan Allah SWT.

 

"Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS al- Mujadalah [58] :11).

 

Ayat di atas menerangkan janji Allah terhadap orang-orang yang beriman dan berilmu, yakni mereka akan memperoleh ketinggian derajat. Tafakur sebagai suatu daya pikir akan mendorong untuk melakukan olah pikir sehingga bisa memperoleh dan atau mengembangkan berbagai macam ilmu yang bermanfaat. Dilanjutkan dengan mengajarkan dan mengamalkan ilmu.

 

Rasulullah SAW mengajarkan doa saat pagi hari untuk permohonan atas tiga hal, yang pertama adalah ilmu yang bermanfaat, "Wahai Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, dan amal yang diterima." (HR Ibnu Majah). (rep)