Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Pengamat: Laporan AS Soal Laut China Selatan Membantu ASEAN Menekan China
RADARPEKANBARU.COM - Laporan terbaru dari studi yang dilakukan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) yang menegaskan klaim China di Laut China Selatan telah melanggar hukum, dapat dijadikan alat oleh ASEAN.
Laporan setebal 47 halaman itu memaparkan secara komprehensif bahwa klaim Beijing di Laut China Selatan tidak konsisten dengan hukum internasional, baik secara geografis maupun historis.
Misalnya, dikatakan bahwa China mengklaim kedaulatan atas lebih dari 100 fitur yang berada di bawah air saat air pasang, yang berarti tidak ada dalam aturan. Lantaran fitur yang menghilang selama air pasang tidak dapat dihitung.
Pakar keamanan maritim dari S. Rajaratnam School of International Studies, Collin Koh mengatakan laporan itu adalah langkah terbaru dalam pendekatan AS menghadapi China di Laut China Selatan. Jika selama pemerintahan Donald Trump lebih menekankan militer, saat ini AS lebih pendekatan politik dan hukum.
Koh menyoroti, kemunculan laporan ini tepat di tengah macetnya negosiasi untuk kode etik di Laut China Selatan antara ASEAN dan China. Ia menyebut, Washington tampaknya berusaha mempengaruhi pembicaraan.
"Negara-negara ASEAN akan melihat laporan ini dengan penuh minat. Materi-materi yang diabadikan dalam laporan tersebut akan sangat berguna dalam membantu lebih memperkuat posisi pihak Asean dalam negosiasi dengan China," ujarnya, seperti dikutip The Straits Times.
Pakar hubungan internasional Shi Yinhong dari Universitas Renmin mengatakan penelitian itu kemungkinan akan mendorong negara-negara ASEAN yang memiliki klaim tumpang tindih dengan China untuk menentang Beijing.
"Dengan posisi AS yang begitu sulit, negara-negara seperti Vietnam, Malaysia, Indonesia akan merasakan kepastian," kata Prof Shi.
Klaim ekspansif China di Laut China Selatan disengketakan oleh Brunei, Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Meski Indonesia bukanlah negara pengklaim di Laut China Selatan, tetapi sedang dalam sengketa dengan China atas penguasaan pulau-pulau Natuna.
Sementara itu, jurubicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin juga telah memberikan komentar terkait laporan AS, dengan menyebutnya menyesatkan dan mendistorsi hukum internasional.(rml)
Konfrontasi Barat Semakin Masif, Rusia Ajak Sekutu Asia Sering-sering Latihan Militer
RADARPEKANBARU.COM - Rusia mengajak sekutunya di Asia untuk lebih sering melakukan latihan militer g.
Hamas Siap Bubar Jika Palestina Merdeka
RADARPEKANBARU.COM - Kelompok militer Palestina, Hamas mengumumkan kesiapannya untuk berhenti berper.
Rusia Veto Resolusi PBB Tentang Pencegahan Senjata Nuklir di Ruang Angkasa
RADARPEKANBARU.COM - Resolusi Dewan Keamanan PBB yang berisi seperangkat aturan guna mencegah perlom.
Pria Ukraina di Luar Negeri Diminta Pulang untuk Ikut Perang
RADARPEKANBARU.COM - Kekurangan tentara di medan perang, mendorong Ukraina menarik warga mereka yang.
Di Tengah Ketegangan dengan China, Filipina Terima Rudal Canggih India
RADARPEKANBARU.COM - Filipina menerima pasokan rudal jelajah supersonik canggih buatan India, BrahMo.