Perangi Obat Terlarang, 5.000 Orang Tewas di Filipina

Rabu, 19 Desember 2018

foto internet

MANILA -- Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah memulai kampanye anti obat-obatan terlarang sejak 1 Juli 2016 lalu. Tercatat ada lebih dari 5.000 orang tewas terkait pemberantasan obat-obatan terlarang di Filipina. Menurut data sejak 1 Juli 2016 hingga 30 November 2018, ada 5.050 orang yang tewas terbunuh terkait kampanye anti obat-obatan terlarang ini. Human Rights Watch bahkan mengklaim bahwa 'perang' Duterte terhadap obat-obatan terlarang ini telah menewaskan lebih dari 12 ribu jiwa.

 

Selama periode ini pula, ada 115.435 operasi anti obat-obatan terlarang yang digelar di seluruh penjuru Filipina. Operasi ini berhasil mengamankan 164.265 penjual obat terlarang. "Tiap kematian menggelisahkan. Tapi operasi antiobat terlarang memiliki kemungkinan tertinggi dari terjadinya pertempuran bersenjata," jelas Juru Bicara Philippine Drug Enforcement Agency Derrick Carreon seperti dilansir South China Morning Post.

 

Per 30 November, Pemerintah Filipina diketahui telah menyita lebih dari tiga ton methamphetamine dari berbagai penggerebekan. Seluruh methamphetamine ini memiliki nilai setara 18,43 miliar peso atau sekitar Rp 5 triliun. Carreon mengungkapkan bahwa obat-obatan ilegal ini diproduksi di dalam negeri maupun diselundupkan dari luar negeri oleh sindikat pengedar. Sindikat-sindikat pengedar ini umumnya mendatangkan obat terlarang dari Cina, Afrika dan Meksiko.

 

Carreon juga menyatakan bahwa pihak-pihak berwenang di Filipina tak hanya akan membidik sindikat pengedar obat terlarang besar. Para penjual obat terlarang di tingkat jalanan pun akan menjadi target operasi. "Mereka juga sama memusingkannnya," ungkap Carreon. Total kematian yang cukup tinggi terkait operasi anti obat terlarang ini mendatangkan kritik dari dunia internasional. Meski begitu, Duterte tak gentar untuk meneruskan kampanye anti obat terlarang yang ia galakkan. (rep)