Uang Kertas Dianggap Pemicu Merosotnya Ekonomi di Indonesia dan Dunia

Ahad, 20 September 2015

Nida Sa’adah

Jakarta, (Radarpekanbaru.com)- Dewan Pimpinan Pusat Muslimah Hizbuh Tahrir Indonesia (HTI) Nida Sa’adah melihat ekonomi Indonesia yang kian merosot tajam pada saat ini karena disebabkan pemerintah yang telah melanggar hukum-hukum Allah. “Salah satu krisis ini karena kita melanggar perintah Allah SWT, yakni diizinkannya riba,” ucapnya. Maka jangan heran bila kemiskinan tidak akan berkurang.

Di samping itu, lanjutnya, kenaikkan harga-harga barang pokok pun ikut meroket untuk saat ini karena dampak riba tersebut. “Kemiskinan bertambah. Dan ini disebabkan karena kenaikkan harga barang yang bertambah,” tambahnya.

Ia juga menyatakan bahwa selama transaksi uang kertas itu legal, maka krisis pun tidak akan pernah meredam. Karena ia berpikir, mata uang manapun yang berbentuk kertas tidak akan pernah menyelesaikan persoalan ekonomi Indonesia, termasuk di Negara lain.

“Selama transaksi uang itu legal, maka krisis akan terus berkembang. Tidak hanya di Indonesia, di Negara lain pun mata uang bermasalah,” jelasnya.

Untuk menghentikan krisis tersebut, ia mengusulkan transaksi yang dipakai selama ini agar dialihkan, dari uang kertas ke uang dinar atau dirham (emas). Mata uang dinar dan dirham menurutnya lebih memiliki legitimasi yang sangat kuat daripada uang pada umumnya, baik itu di dalam dan di luar negeri sekalipun.

Inflasi rendah dan terkendali termasuk salah satu keunggulan dari dirham dan dinar. Pemerintah dengan menerapkannya akan mampu mengontrol pasokan dirham dan dinar secara ketat. Dan hal ini diakui oleh seorang profesor dari University of California, Jastram (1980). Jastram menyimpulkan bahwa mata uang dinar dan dirham dapat mengurangi inflasi secara signifikan jika dibandingkan dengan mata uang kertas.

“Sebagai contoh dari tahun 1560-1924 indeks harga (price index) Inggris tetap konstan di mana inflasi dan deflasi nyaris tidak ada.” (voa-islam)