Meningkatkan Syukur

Selasa, 10 Mei 2022

ilustrasi internet

RADARPEKANBARU - “Dan (ingatlah) tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu. Dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku sangat pedih’” (QS Ibrahim: 7).

Ayat tersebut mengisyaratkan pentingnya rasa berterima kasih kepada Allah SWT. Kadang kala, dalam menjalani kehidupan ini manusia lupa betapa banyak karunia yang telah diberikan-Nya.

Sebagai seorang Muslim, meningkatkan syukur adalah sebuah keharusan. Sebab, diri sudah mendapatkan nikmat terbesar, yakni beriman kepada Allah Ta’ala. Tidak semua orang hatinya dilembutkan untuk menerima cahaya petunjuk dari-Nya.

Ramadhan ini merupakan momen yang sangat tepat untuk terus membiasakan diri agar pandai bersyukur. Ada beragam cara untuk itu. Misalnya adalah memperbaiki kualitas dan kuantitas amal ibadah.

Tiga Tingkatan

Hujjatul Islam, Imam al-Ghazali, menerangkan, syukur terdiri atas tiga perkara, yakni ilmu, keadaan, dan amal. Ilmu syukur berarti menyadari betapa banyak kenikmatan yang diterima seorang insan dari Allah.

Keadaan bermakna meluapkan rasa terima kasih itu dengan cara-cara yang diridhai-Nya. Adapun amalan bertujuan menunaikan perintah-Nya. Bahkan, seperti dijelaskan dalam Alquran surah Ibrahim ayat tujuh, dengan bersyukur niscaya Allah semakin memperbanyak limpahan karunianya kepada sang hamba yang taat.

Tidak hanya di dunia, melainkan juga kelak di negeri akhirat. Bukankah nikmat teragung adalah meraih ridha Allah sehingga diperkenankan untuk melihat Wajah-Nya?

Tujuan Puasa

Selama bulan suci Ramadhan, umat Islam wajib berpuasa. Ternyata, ibadah tersebut bertujuan menjadikan diri sebagai hamba-Nya yang pandai bersyukur. Hal itu diisyaratkan dalam Alquran surah al-Baqarah ayat 185.

Menurut para ulama, syukur memiliki hakikat, yakni seorang insan menyandarkan segala nikmat kepada Sang Pemberi karunia. Caranya dengan merendahkan diri di hadapan-Nya. Konkretnya adalah lebih menaati perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

Dalam berpuasa, seseorang mendapati hawa nafsunya lebih terkendali. Jangankan yang haram. Apa-apa yang mubah pada saat hari di luar Ramadhan pun dapat ditahannya selama belasan jam. Maka sejatinya shaum pun melatih diri untuk selalu mengingat Allah, dan bersyukur kepada-Nya. (rep)