Kwitansi Transfer BAZNAS Kampar ke Rek BLUD Arifin Ahmad
Pekanbaru--Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Kampar bantu pasien korban lakalantas asal Kampar Kiri yang belakangan viral setelah dikunjungi Ketua KNPI Kampar, bung Abu Nazar.
Informasi ini ditanggapi oleh pengelola BAZNAS Kampar, dengan membayarkan biaya cicilan untuk tiga bulan pertama sejumlah Rp 1.500.000, (satu juta lima ratus ribu rupiah).
"Terimakasih Baznas Kampar yang telah membantu pasien, terimakasih juga untuk Ustadz Ridwan dan pengurus, semoga Baznas Kampar makin maju dan berkah, Aamiin" kata Abu, kamis pagi.
Menurut Abu , BAZNAS Kampar langsung melakukan transfer ke rekening BLUD RSUD Arifin Ahmad.
"Langsung transfer ke rek BLUD" kata Abu.
Sebagaimana diketahui sebelumnya pasien laka lantas RSUD Arifin Ahmad An.Lasimin (36 Tahun) warga Kelurahan Lipat Kain Kacamatan Kampar Kiri Kabupaten Kampar Riau terpaksa dibawa pulang dalam kondisi memprihatinkan, dengan kondisi tulang pipi patah dan mata kiri tidak bisa melihat.
Suami dari Eli Tariani ini sempat bermalam di RSUD dengan menjalani perawatan menginap di Ruang Dahlia dengan fasilitas kelas III, menelan biaya puluhan juta rupiah.
Was-was dengan biaya yang terus membengkak akhirnya sang istri berinisiatif membawa pulang suami untuk dirawat dirumah saja akibat tidak berlakunya surat keterangan miskin yang diterbitkan pemerintah Kelurahan Lipat Kain.
Malangnya ketika pasien hendak dibawa pulang petugas RSUD Arifin Ahmad melarangnya dengan dalih harus membayar tagihan biaya perawatan selama lebih kurang 11 hari di rumah sakit milik pemprov Riau ini.
Demikian diungkapkan Ketua KNPI Kampar, Abu Nazar kepada Radar, rabu (01/12/2021) malam.
Menurut Abu sempat terjadi cekcok antara petugas administrasi dengan keluarga pasien hingga dirinya harus ikut turun tangan langsung untuk mencarikan jalan keluar.
"Ada tagihan sekitar Rp 19 juta yang harus dilunasi karena pasien miskin tidak lagi mendapatkan bantuan biaya berobat dari Jamkesda" kata Abu.
Abu menyayangkan insiden ini, sebagai potret kelam sebuah ironi bahwa era sekarang ini di Riau negeri yang kaya justru rakyat miskin tidak boleh sakit.
"Informasi dari dirut RSUD bahwa saat ini ada banyak tunggakan biaya berobat masyarakat miskin di Rumah Sakit dengan pola BLUD hanya mengejar profit oriented ini" kata Abu.
Lebih lanjut menurut Abu bahwa dirinya sempat terlibat adu mulut dengan petugas RSUD ketika pasien tidak boleh pulang sebelum membayar tagihan minimal setengah dari biaya yang tertera di kwitansi.
"Rakyat sudah susah masih dipersulit untuk makan saja payah apalagi harus membayar uang puluhan juta" kata Abu.
Abituren Darun Nahdho ini terpaksa meninggalkan KTP pribadinya sebagai jaminan bahwa pasien akan kooperatif akan membayar biaya selama di RSUD dengan cara dicicil.
"Akhirnya bisa dicicil, besok pasien sudah bisa dibawa pulang ke lipat kain" tambah Abu.
Masih menurut Abu bahwa dirinya merasa biaya perawatan Rp 19 juta selama di inapkan di ruang kelas III itu tidak masuk akal.
"Tadi saya lihat ada biaya tindakan operasi plastik Rp 11 juta, padahal pasien tidak ada menjalani operasi plastik hanya dijahit ala mantri saja, apa-apaan ini, "kata Abu.
Ini yang kadang-kadang kita merasa bahwa pasien miskin juga seolah/diduga diperas oleh oknum pegawai rumah sakit.
"Semoga ini bisa kita ambil hikamahnya dan yang kata dirut bahwa RSUD sudah banyak tunggakan pasien miskin ini juga harus menjadi PR bagi dinas kesehatan dan Gubernur Riau tolong cari solusi, ini masyarakat miskin harusnya gratis jangan lagi dibebani dengan biaya berobat" tutup Abu (*)