Kendalikan DBD dengan Konsep 1 Kesehatan

Sabtu, 30 November 2013

Awas Demam Berdarah

RadarPekanbaru.com-Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan penyakit yang masih mengancam bagi masyarakat yang tinggal di negara tropis dan sub tropis. Dalam kurun lima puluh tahun terakhir, angka kesakitan akibat infeksi virus dengue terus meningkat, baik dari segi jumlah maupun penyebarannya.

Diperkirakan angka kesakitan global mencapai 96 juta per tahun dan sekitar 300 juta penduduk terinfeksi dan separuhnya terjadi di Asia Tenggara. Di Indonesia, meski angka kematian akibat infeksi virus dengue terus menurun dan telah mencapai di bawah 1 persen. Namun angka kesakitan masih sangat tinggi mencapai 27,6 kasus per 100 ribu penduduk.

Untuk menanggulangi penyakit DBD ini akan dilakukan dengan pendekatan One Health yang digulirkan oleh Badan Kesehatan Dunia, WHO. Penanganan penyakit ini dilakukan melalui kolaborasi multidisiplin dan multisektor.

"Tidak hanya satu biang ilmu tapi multi pendekatan bidang ilmu karena penyakit ini bersifat zoonotik," kata Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Prof dr Ali Ghufron Mukti, M. Sc, PhD di Fakultas Kedokteran UGM, dan ditulis pada Sabtu (30/11/2013).

Dia mengatakan infeksi virus dengue ini masih tinggi di Indonesia karena banyak menyerang pada anak-anak. Sampai saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif untuk mencegah virus ini. Pemerintah bersama perguruan tinggi dan rumah sakit terus berupaya melakukan upaya untuk pengendalian penyakit ini.

Upaya untuk mengatasi penyakit ini terus dilakukan akan tetapi hasilnya belum memuaskan. Upaya itu meliputi pencegahan, termasuk di dalamnya pengendalian vektor virus dengue, pengembangan vaksin anti dengue, pengembangan model untuk memprediksi munculnya wabah dan diagnosis yang lebih cepat dan akurat.

"Upaya sanitasi, pembasmian sarang nyamuk di area populasi dan meningkatkan peran dokter dan perawat dalam pengobatan di puskesmas dan rumah sakit terus dilakukan," kata Ghufron dalam simposium internasional 'Integrating Research and Action on Dengue'.

Terkait dengan pengembangan vaksin dan pemetaan penyakit dengue ini, lanjut Ghufron, pemerintah juga telah membentuk konsorsium kelompok kerja melibatkan berbagai lembaga riset dan perguruan tinggi seperti Litbangkes, Eijkman Institute for Molecular Biology, UGM, UI, Unair, IPB, BPPT, LIPI dan Bio farma.

"Konsorsium ini menggabungkan para ahli dengue untuk melakukan pemetaan dan sinergi riset," katanya***