PILIHAN +INDEKS
Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Dibaca : 2612 Kali
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Dibaca : 2774 Kali
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
Dibaca : 2589 Kali
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Dibaca : 2446 Kali
Gawat, Ada Bilik Khusus Mengisap Ganja di Madura
Ganja
Kediri, (radarpekanbaru.com)-Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Timur menengarai Kepulauan Madura sebagai surga penikmat ganja. Di tempat ini ditemukan bilik-bilik tempat mengisap ganja yang disewakan secara terbuka.
Kepala BNN Jawa Timur Brigadir Polisi Iwan A. Ibrahim mengatakan, wilayah Madura menyimpan sindikat narkoba yang luar biasa di Jawa Timur. Di tempat ini para bandar bebas menjalankan transaksi bisnisnya secara vulgar tanpa pengawasan aparat. "Madura dalam pengawasan kami," kata Iwan dalam diskusi penanggulangan narkoba di Kediri, Sabtu, 14 Desember 2013.
Hasil penelusuran tim BNN di Madura menemukan ada rumah-rumah yang dikhususkan untuk para pengisap ganja dan narkoba. Berada di Kabupaten Bangkalan, rumah yang terdiri dari beberapa bilik ini bahkan hanya ditunggui seorang nenek sebagai penarik uang sewa. Di dalamnya, terdapat para pemakai narkoba yang bebas mengkonsumsi narkoba jenis apa saja tanpa gangguan aparat.
Praktek ini, menurut Iwan, sudah mengadopsi gaya berbisnis mafia narkoba di Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu, para bandar memiliki tempat-tempat khusus untuk dipakai pelanggannya mengisap ganja. Mereka seperti memiliki yuridiksi khusus yang tidak bisa dijangkau aparat kepolisian.
Selain Bangkalan, BNN juga mengendus wilayah bisnis mereka hingga ke Sampang, Sumenep, dan Pemekasan. Di daerah pesisir pantai, para bandar mencekoki nelayan dengan ganja dan sabu-sabu. Dalihnya adalah dengan mengisap narkoba, kekuatan mereka dalam mencari ikan bisa bertahan hingga berhari-hari.
Dengan metode penjualan tiga kali gratis pada transaksi pertama, para nelayan dipastikan akan kecanduan barang tersebut dan bergantung pada bandar. "Jadi semacam doping,"kata Iwan.
Wali Kota Kediri Samsul Ashar mengaku menemukan fakta berbeda. Pengalamannya sebagai dokter spesialis penyakit dalam sekaligus relawan penanggulangan narkoba menemukan modus baru pengedar yang menyasar kalangan santri di pondok pesantren. Barang haram itu disimpan di kopiah, lipatan jilbab, hingga kancing baju yang tak mudah diendus orang lain. "Ciri santri kalau sudah make biasanya diam hingga dua hari," katanya.
Mengingat tingginya angka penggunaan narkoba di Kediri, Samsul merencanakan pendirian tempat rehabilitasi pecandu narkoba. Dia sepakat para pecandu ini tidak diseret ke pengadilan namun dimasukkan dalam program rehabilitasi.(tmpc)
Editor : Alamsah
Kepala BNN Jawa Timur Brigadir Polisi Iwan A. Ibrahim mengatakan, wilayah Madura menyimpan sindikat narkoba yang luar biasa di Jawa Timur. Di tempat ini para bandar bebas menjalankan transaksi bisnisnya secara vulgar tanpa pengawasan aparat. "Madura dalam pengawasan kami," kata Iwan dalam diskusi penanggulangan narkoba di Kediri, Sabtu, 14 Desember 2013.
Hasil penelusuran tim BNN di Madura menemukan ada rumah-rumah yang dikhususkan untuk para pengisap ganja dan narkoba. Berada di Kabupaten Bangkalan, rumah yang terdiri dari beberapa bilik ini bahkan hanya ditunggui seorang nenek sebagai penarik uang sewa. Di dalamnya, terdapat para pemakai narkoba yang bebas mengkonsumsi narkoba jenis apa saja tanpa gangguan aparat.
Praktek ini, menurut Iwan, sudah mengadopsi gaya berbisnis mafia narkoba di Belanda. Di Negeri Kincir Angin itu, para bandar memiliki tempat-tempat khusus untuk dipakai pelanggannya mengisap ganja. Mereka seperti memiliki yuridiksi khusus yang tidak bisa dijangkau aparat kepolisian.
Selain Bangkalan, BNN juga mengendus wilayah bisnis mereka hingga ke Sampang, Sumenep, dan Pemekasan. Di daerah pesisir pantai, para bandar mencekoki nelayan dengan ganja dan sabu-sabu. Dalihnya adalah dengan mengisap narkoba, kekuatan mereka dalam mencari ikan bisa bertahan hingga berhari-hari.
Dengan metode penjualan tiga kali gratis pada transaksi pertama, para nelayan dipastikan akan kecanduan barang tersebut dan bergantung pada bandar. "Jadi semacam doping,"kata Iwan.
Wali Kota Kediri Samsul Ashar mengaku menemukan fakta berbeda. Pengalamannya sebagai dokter spesialis penyakit dalam sekaligus relawan penanggulangan narkoba menemukan modus baru pengedar yang menyasar kalangan santri di pondok pesantren. Barang haram itu disimpan di kopiah, lipatan jilbab, hingga kancing baju yang tak mudah diendus orang lain. "Ciri santri kalau sudah make biasanya diam hingga dua hari," katanya.
Mengingat tingginya angka penggunaan narkoba di Kediri, Samsul merencanakan pendirian tempat rehabilitasi pecandu narkoba. Dia sepakat para pecandu ini tidak diseret ke pengadilan namun dimasukkan dalam program rehabilitasi.(tmpc)
Editor : Alamsah
BERITA LAINNYA +INDEKS
Tingkatkan Komitmen, PHR Selenggarakan Hari Keselamatan untuk Operasi yang Andal
DURI, 11 Desember 2023 — PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menerapkan Stop Work Authority (SWA) seb.
Cara Membuat Kartu Kredit BRI Online
Berkembangnya teknologi di masa sekarang ini menuntut perubahan layanan perbanka.
TULIS KOMENTAR +INDEKS