PILIHAN +INDEKS
Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Dibaca : 2687 Kali
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Dibaca : 2836 Kali
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
Dibaca : 2653 Kali
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Dibaca : 2512 Kali
Analisis Lapan Kuatkan Dugaan AirAsia QZ8501 Gagal Hindari Awan Kumulonimbus
Pola angin di sekitar lokasi AirAsia QZ8501 terakhir terdeteksi, di antara Belitung Timur dan Kalimantan.
RADARPEKANBARU.COM- Analisis cuaca yang dilakukan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menguatkan dugaan pesawat AirAsia QZ8501 gagal menghindari awan tebal kumulonimbus yang berada pada rute penerbangannya.
Keberadaan awan kumulonimbus dalam pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut sebelumnya dinyatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/12/2014).
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG, Syamsul Huda, mengungkapkan bahwa sejak lepas landas dari Surabaya, AirAsia QZ8501 terbang dalam kondisi cuaca berawan. Saat sampai di wilayah antara Belitung dengan Kalimantan, pesawat menghadapi cuaca yang lebih buruk.
Wilayah di antara Belitung dan Kalimantan adalah lokasi terakhir pesawat terdeteksi seperti yang dinyatakan oleh Flightradar24 dan pemerintah Indonesia dalam keterangan pers hari ini.
"Pesawat menghadapi awan yang sangat tebal di lokasi (antara Belitung dan Kalimantan). Berdasarkan data, ketinggian puncak awan kumulonimbus yang dihadapi pesawat 48.000 kaki," kata Syamsul.
Lapan Citra cuaca MTSAT menunjukkan adanya awan tebal (warna merah) di sekitar lokasi AirAsia QZ8501 terakhir terdeteksi, antara Belitung Timur dan Kalimantan.
Pelaksana tugas Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murdjatmojo mengatakan QZ8501 itu sempat melakukan kontak terakhir dengan ATC di Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.12 WIB untuk memintan belok ke kiri dan naik hingga ketinggian 38.000 kaki.
Djoko mengatakan bahwa Air Traffic Controller (ATC) telah menyetujui permintaan untuk belok ke kiri, namun tidak dengan permintaan naik. Alasannya, terdapat pesawat lain pada ketinggian yang lebih tinggi.
Pengamat penerbangan, Yayan Mulyana, menuturkan, terdapat pesawat lain yang posisinya dekat dengan QZ8501, yaitu Garuda Indonesia GIA602 pada 35.000 kaki, Lion Air LNI763 pada 38.000 kaki, AirAsia QZ502 pada 38.000 kaki, dan Emirates UAE409 pada 35.000 kaki.
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa adanya dinamika cuaca yang sangat aktif, adanya awan kumulonimbus, dan terdapatnya pesawat di ketinggian lebih tinggi menyulitkan QZ8501.
Awan kumulonimbus terbentuk karena adanya penguapan air laut yang hangat dengan cepat. Awan ini memang tebal, bisa mencapai ribuan kilometer dan memang sulit dihindari dengan tiba-tiba.
"Kemungkinan pesawat mengalami turbulensi hebat karena tidak bisa menghindar dari awan kumulonimbus yang menjulang tinggi. Pesawat tidak mampu menghindar walaupun dengan naik ke atas. Belok ke kanan atau ke kiri juga sulit, akhirnya harus masuk," ungkap Thomas.
Dengan masuk, Thomas mengungkapkan, pesawat akan mengalami goncangan hebat. "Jika memang masuk, saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi mungkin pesawat tidak bisa dipertahankan ketinggiannya," imbuh Thomas.
Kondisi mungkin dapat lebih buruk dengan adanya angin. Data Satellite Disaster Early Warning System (Sadewa) milik Lapan menyatakan, ada angin yang bertiup kencang di sekitar lokasi QZ8501 terakhir terdeteksi.
Menurut BMKG, kecepatan angin disekitar hilangnya kontak pesawat pada ketinggian 30.000 kaki yaitu 20 knot. Sedangkan pada ketinggian di atas 34.000 kaki, kecepatan anginnya 25 knot.
Nasib pesawat hingga kini belum diketahui. Masuk ke turbulensi juga belum tentu berarti pesawat akan hancur. Hingga petang ini, pencarian masih terus dilakukan di sekitar Bangka dan Belitung.
QZ 8501 membawa 155 penumpang, di mana 149 diantaranya adalah warga negara Indonesia. Pesawat itu seharusnya tiba di Changi Airport pada pukul 8.30 waktu Singapura. Pesawat yang hilang adalah jenis Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC.***
Sumber : Kompas
Keberadaan awan kumulonimbus dalam pesawat jenis Airbus A320-200 tersebut sebelumnya dinyatakan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika saat dihubungi Kompas.com, Minggu (28/12/2014).
Kepala Pusat Meteorologi Penerbangan BMKG, Syamsul Huda, mengungkapkan bahwa sejak lepas landas dari Surabaya, AirAsia QZ8501 terbang dalam kondisi cuaca berawan. Saat sampai di wilayah antara Belitung dengan Kalimantan, pesawat menghadapi cuaca yang lebih buruk.
Wilayah di antara Belitung dan Kalimantan adalah lokasi terakhir pesawat terdeteksi seperti yang dinyatakan oleh Flightradar24 dan pemerintah Indonesia dalam keterangan pers hari ini.
"Pesawat menghadapi awan yang sangat tebal di lokasi (antara Belitung dan Kalimantan). Berdasarkan data, ketinggian puncak awan kumulonimbus yang dihadapi pesawat 48.000 kaki," kata Syamsul.
Lapan Citra cuaca MTSAT menunjukkan adanya awan tebal (warna merah) di sekitar lokasi AirAsia QZ8501 terakhir terdeteksi, antara Belitung Timur dan Kalimantan.
Pelaksana tugas Dirjen Perhubungan Udara Djoko Murdjatmojo mengatakan QZ8501 itu sempat melakukan kontak terakhir dengan ATC di Bandara Soekarno-Hatta pukul 06.12 WIB untuk memintan belok ke kiri dan naik hingga ketinggian 38.000 kaki.
Djoko mengatakan bahwa Air Traffic Controller (ATC) telah menyetujui permintaan untuk belok ke kiri, namun tidak dengan permintaan naik. Alasannya, terdapat pesawat lain pada ketinggian yang lebih tinggi.
Pengamat penerbangan, Yayan Mulyana, menuturkan, terdapat pesawat lain yang posisinya dekat dengan QZ8501, yaitu Garuda Indonesia GIA602 pada 35.000 kaki, Lion Air LNI763 pada 38.000 kaki, AirAsia QZ502 pada 38.000 kaki, dan Emirates UAE409 pada 35.000 kaki.
Kepala Lapan, Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa adanya dinamika cuaca yang sangat aktif, adanya awan kumulonimbus, dan terdapatnya pesawat di ketinggian lebih tinggi menyulitkan QZ8501.
Awan kumulonimbus terbentuk karena adanya penguapan air laut yang hangat dengan cepat. Awan ini memang tebal, bisa mencapai ribuan kilometer dan memang sulit dihindari dengan tiba-tiba.
"Kemungkinan pesawat mengalami turbulensi hebat karena tidak bisa menghindar dari awan kumulonimbus yang menjulang tinggi. Pesawat tidak mampu menghindar walaupun dengan naik ke atas. Belok ke kanan atau ke kiri juga sulit, akhirnya harus masuk," ungkap Thomas.
Dengan masuk, Thomas mengungkapkan, pesawat akan mengalami goncangan hebat. "Jika memang masuk, saya tidak tahu apa yang terjadi, tetapi mungkin pesawat tidak bisa dipertahankan ketinggiannya," imbuh Thomas.
Kondisi mungkin dapat lebih buruk dengan adanya angin. Data Satellite Disaster Early Warning System (Sadewa) milik Lapan menyatakan, ada angin yang bertiup kencang di sekitar lokasi QZ8501 terakhir terdeteksi.
Menurut BMKG, kecepatan angin disekitar hilangnya kontak pesawat pada ketinggian 30.000 kaki yaitu 20 knot. Sedangkan pada ketinggian di atas 34.000 kaki, kecepatan anginnya 25 knot.
Nasib pesawat hingga kini belum diketahui. Masuk ke turbulensi juga belum tentu berarti pesawat akan hancur. Hingga petang ini, pencarian masih terus dilakukan di sekitar Bangka dan Belitung.
QZ 8501 membawa 155 penumpang, di mana 149 diantaranya adalah warga negara Indonesia. Pesawat itu seharusnya tiba di Changi Airport pada pukul 8.30 waktu Singapura. Pesawat yang hilang adalah jenis Airbus A320-200 dengan nomor registrasi PK-AXC.***
Sumber : Kompas
BERITA LAINNYA +INDEKS
Pemprov Sumbar Prioritaskan Jalur Malalak untuk Jalan Alternatif Penghubung Padang-Bukittinggi
RADARPEKANBARU.COM - Pembersihan material longsor di jalur Malalak terus dikebut Pemprov Sumbar mela.
Pengamat: Sri Mulyani Bisa Jadi Calon Kepala Daerah Potensial
RADARPEKANBARU.COM - Guru Besar Ilmu Politik Universitas Padjadjaran Prof Sri Zul Chairiyah menyebut.
Tanpa Sebut Nama Megawati, Prabowo Ngaku Didukung Jokowi hingga Gus Dur
RADARPEKANBARU.COM - Presiden RI terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto menegaskan bahwa Presi.
Presidential Club Berpeluang Jadi Kekuatan Prabowo Pimpin Negara
RADARPEKANBARU.COM - Terbentuknya presidential club berpeluang untuk kekuatan besar bagi Prabowo Sub.
Jika Oposan, PKS dan PDIP Bakal Didukung Civil Society
RADARPEKANBARU.COM - PKS dan PDIP dipastikan mendapat dukungan kekuatan publik, termasuk akademisi, .
Pengamat Nilai Presidential Club Upaya Prabowo Rekonsiliasikan Presiden-Presiden Terdahulu
RADARPEKANBARU.COM - Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) .
TULIS KOMENTAR +INDEKS