Hati-hati Anda, Jangan Coba-Coba Menolak Minum Kopi Buatan Suku Bugis Makassar

Selasa, 12 September 2017

Ilustrasi

RADARPEKANBARU.COM-Cerita mitos lekat pada keseharian suku Bugis Makassar. Salah satu yang dianggap keramat adalah mitos menolak minum kopi buatan tuan rumah bersuku Bugis Makassar.

Mitos itu menyebutkan, ketika tuan rumah menawarkan kopi buatannya kepada tamu yang bertandang, orang yang ditawari wajib mencicipinya. Jika tak sedikit pun disentuh, tamu tersebut diyakini bisa dapat celaka.

Mitos warisan nenek moyang suku Bugis-Makassar tersebut tak hanya terjaga oleh kalangan orangtua saja, tetapi juga para pemuda setempat.

"Percaya atau nggak itu sudah banyak kejadian. Pernah saya sendiri mengalaminya," kata Bibi Sane (43), warga Suku Bugis yang berdomisili Desa Makkaraeng, Kecamatan Mandai, Kab. Maros, Sulawesi Selatan, Sabtu, 9 September 2017.

Ia menuturkan saat itu, ia hendak pergi berlibur ke luar daerah, padahal ibunya terlanjur membuatkan secangkir kopi. Karena buru-buru, Sane saya tak sedikit pun mencicipinya. Ia sempat ditegur sang ibu tapi ia segera berlalu.

"Ibu bilang hati-hati saja. Eh di jalan, saya alami tabrakan dan ini buktinya di tangan ada jahitan," ujarnya.

Akibat kejadian itu, Sane yang telah memiliki cucu dua orang selalu mengingatkan anak cucunya agar sesekali jangan pernah menolak tawaran tuan rumah atau teman untuk mencicipi secangkir kopi panas yang terhidang, meski sedikit.

"Jika ada demikian, cicipi aja biar hanya sedikit. Jangan pernah menolak, apalagi hendak perjalanan jauh misalnya. Pamali bagi kita Bugis-Makassar," kata Sane.

Mitos nenek moyang itu, diakui Sane, punya makna filosofis. Artinya, kita diingatkan untuk selalu menghargai dan tak menolak rezeki yang diberikan oleh tuan rumah yang dikunjungi.

"Nenek moyang mungkin ingin mengajarkan kita demikian. Bagaimana menghargai dan tak menolak rejeki yang diberikan oleh orang yang betul-betul ikhlas memberikan," ucap Sane.

Tak hanya tentang secangkir kopi, Sane mengatakan aturan tersebut juga berlaku bagi hidangan makanan nasi. "Itu juga pamali berat. Hampir semua masyarakat Sulsel masih melestarikannya. Jika dilanggar, dipercaya bisa celaka berat," kata Sane.(*)


/liputan6.com/