Ketum Pemuda Muhammadiyah Temui Tokoh Katolik Sulut Di Manado

Jumat, 19 Mei 2017

foto internet

RADARPEKANBARU.COM - Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak berdialog dengan beberapa aktivis Sulawesi Utara di Manado kemarin siang. Hadir antara lain Ketua GPII, Pemuda Muslimin, BKPRMI, Brigade Masjid, GP Ansor, HMI, KNPI, dan juga Pemuda Muhammadiyah Sulut.

"Agenda utama saya sebenarnya adalah melantik Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara di Manado. Namun karena mengetahui kehadiran saya di Manado, beberapa aktivis organisasi kepemudaan dan ormas Islam mengundang saya untuk berdialog," jelas Dahnil dalam keterangan tertulis yang diterima pagi ini, (Jumat, 19/5).

Dahnil menjelaskan dialog tersebut berlangsung dengan menggembirakan. Para aktivis Sulut itu bisa memahami kondisi keumatan dan kebangsaan saat ini, terutama terkait dengan isu toleransi dan keberagaman.

"Termasuk teman-teman tersebut menjelaskan kepada saya terkait dengan informasi isu Gerakan Minahasa Merdeka, yang tentu diharapkan kawan-kawan di Manado tidak menjadi penyulut terganggunya harmonisasi umat beragama, termasuk peristiwa yang menimpa Saudara Fahri Hamzah beberapa waktu lalu," urai Dahnil.

Setelah melantik Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulawesi Utara, pada malam harinya Dahnil meminta para aktivis dari ormas Islam, Katolik dan Kristen untuk menemaninya bersilahturahim dan berdiskusi dengan beberapa tokoh Kristen dan Katolik di Manado.

Ditemani Ketua Pemuda Muhammadiyah Salman Saelangi, Ketua GPII, Ketua Brigade Masjid, Ketua BKPRMI, Pemuda Katolik dan lain-lain, Dahnil berkunjung ke komplek Gereja Santa Theresia dan bertemu dengan Pastor Fred S. Tawaluyan.

"Saya bersilaturrahim dan berdiskusi terbuka dengan Pastor Fred S. Tawaluyan. Saya menyampaikan, bahwa saya ingin mendengarkan nasihat dari Pastor Fred S. Tawaluyan terkait dengan suasana keumatan dan kebangsaan saat ini," ungkap Dahnil.

Dalam kesempatan itu, Pastor Fred menyampaikan bahwa saat ini toleransi penting dijaga. Caranya, seperti yang dilakukan Dahnil saat ini. Yaitu membangun silaturrahim, saling mengunjungi dan berdialog dengan terbuka. Dialognya dari hati ke hati, jujur. Bukan yang penuh kepalsuan.

"Tidak simbolik saja seperti kalau Natal teman-teman organisasi Islam jaga gereja, kemudian Idul Fitri organisasi Kristen jaga masjid dan lapangan. Tapi yang paling penting adalah silaturrahim pertemuan seperti ini. Mudah-mudah apa yang dilakukan Mas Dahnil ini bisa dicontoh dan dilanjutkan oleh teman-teman OKP dan ormas di Sulawesi Utara, yang sebenarnya sudah saya (Pastor Fred) lakukan melalui Badan Koordinasi Umat Beragama (BKSUB) Sulawesi Utara," terang Pastor Fred.

Dahnil bersepakat dengan Pastor Fred. Karena itu dia menyampaikan toleransi bagi rakyat Indonesia sebenarnya sudah menjadi genetika. Bahkan, toleransi umat beragama di Indonesia sudah menjadi best practice bagi dunia. Namun, toleransi umat beragama yang sebenarnya baik-baik saja itu kemudian dirusak dengan narasi-narasi ketertakutan seolah toleransi kita terancam.

"Padahal di tingkat masyarakat baik-baik saja, tapi justru sumber masalahnya adalah elit-elit politik yang rajin memproduksi narasi-narasi ketertakutan seolah toleransi kita terancam. Jadi, praktik politik yang dilakukan oleh para elit politik Indonesia belakangan ini lah sesungguhnya yang mendestruksi toleransi dan keberagaman Indonesia. Sedang di akar rumput baik-baik saja, dan merawat toleransi yang otentik," tekan Dahnil.

Pernyataan Dahnil tersebut diamini Pastor Fred. Pastor Fred pun mengajak umat tokoh-tokoh beragama dari Sulawesi Utara yang hadir bersama dalam pertemuan itu ikut menjaga toleransi otentik yang dimaksud dan menangkal upaya produksi kekhawatiran berlebihan terkait dengan ancaman toleransi.(rmol)