Tokoh Pendidikan Riau , Soemardhi Thaher: Pedidikan Jangan Berorientasi Kepada Kekuasaan

Sabtu, 21 Januari 2017

Jumat (20/1/2017), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pijar Melayu taja diskusi proyeksi awal tahun di Wisma Jalur Pekanbaru.

RADARPEKANBARU.COM- Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Dan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadikan warga negara demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan yang berkualitas harus memelukan guru yang berkualitas, orang tua yang peduli, birokrasi yang melayani, masyarakat yang mendukung.

Demikian diungkapkan Soemardhi Thaher mantan ketua PGRI Riau kepada radarbisnis.co.id, (20/1) setelah acara diskusi pendidikan yang ditaja Pijar Melayu di Wisma Jalur Pekanbaru.

Soemardhi mengatakan pendidikan di Riau ini masih banyak yang harus diperbaiki. dan Gubernur Riau harus banyak bekerja keras lagi. Pedidikan yang beradat, beradab dan bermartabat itu masih jauh dari harapan. karena itu memerlukan kerja keras lebih dari yang biasa, dan orang-orang yang berani. Tanpa orang yang berani, masalah ini tidak akan selesai urusan pendidikan ini. Urusan ini harus ada sesuatu yang menyelesaikan. Orang-orang yang salah harus diberi hukuman dan yang baik diberi penghargaan. Tanpa keberanian, Riau seperti ini juga terus. Generasi muda harus berani.

Soemardhi berharap, Gubernur Riau harus menjadi orang yang berani, punya visi ke depan yang jauh, dan punya action untuk memperbaiki pendidikan ke depan dan inovasi.

Radarbisnis.co.id menanyakan kepada Soemardhi tentang isu atau wacana guru yang akan dirumahkan di kabupaten/kota yang ada di Riau. Soemardhi menjawab, "Saya sedih, ini merupakan kesalahan masa lalu yang sekarang kita hadapi, saya mau tahu kenapa mereka diangkat dan apa tujuan mereka diangkat. Kalau dia perlu, tak mungkin dirumahkan. Tandanya dia tak diperlukan betul, makanya dirumahkan dia. Berarti pengangkatan kemarin tidak benar."

"Ini perlu sebuah penataan pendidikan. Coba bayangkan berapa banyak guru-guru yang diangkat oleh komite sekolah, ini akan menjadi masalah besoknya yang digaji oleh kepala sekolah, yang digaji oleh komite, tapi mereka perlu peningkatan kesejahteraan mereka, peningkatan status mereka, dari guru yang tidak tercatat menjadi tercatat. Ini menjadi masalah kita seluruhnya. Karena itu harus hati-hati dengan pendidikan. Begitu salah dengan pendidikan, kacau kita. Ini kesalahan masa lalu yang luar biasa," tutur Soemardi yang pernah menjabat Sekjen PB PGRI

"Sekolah bertaraf internasional adalah salah satu kesalahan masa lalu. Setelah tahu itu kesalahan, baru dirubah lagi. Kemudian guru honor diangkat, sekarang guru honorer sebanyak-banyak, benar tidak guru honor itu sesuai kebutuhan atau karena kehendak beberapa orang, penguasa-penguasa, kepentingan, anak kemenakannya, ini yang membuat guru-guru dan kita rusak. dan guru dipaksa berpolitik. Semua guru harus bertanggungjawab bahwa guru tidak boleh berpolitik karena itu akan menjahanamkan dia. Guru mempunyai komitmen untuk berbuat kejujuran supaya kita beradat, beradab dan bermartabat. Guru-guru yang berprestasi tidak berorientasi kepada kekuasaan." Tegas Soemardhi yang juga Dewan Penasehat PB PGRI

"Ciptakan sekolah yang menyenangkan. Sekolah yang menyenangkan memerlukan guru yang memiliki kreatifitas dan budaya melayu tidak bisa hanya konsep. dia harus ada tindakan. Konsep sehebat apapun tanpa ada yang mengerjakan di lapangan tidak akan jadi." kata Soemardhi tokoh pendidikan. (*)

Sumber : radarbisnis.co.id