PBB Kutuk Pembunuhan Jurnalis Al Jazeera, Serukan Tidak Memihak

Sabtu, 14 Mei 2022

Palestina -- Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengutuk pembunuhan jurnalis Al Jazeera Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh. Pembunuhan itu dilakukan tentara Israel saat Abu Aklek melakukan peliputan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Dengan suara bulat Dewan Keamanan PBB menyebutnya sebagai "kasus langka" berkaitan dengan Israel. Mereka juga menyerukan akan segera melakukan investigasi terkait pembunuhan ini.

"Penyelidikan segera, menyeluruh, transparan, dan tidak memihak atas pembunuhannya," Dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP, Sabtu (14/5).

Abu Akleh meninggal dunia saat melakukan peliputan operasi militer Israel di Kota Jenin, Tepi Barat, Rabu (11/5) lalu. Sejumlah saksi mata mengatakan Abu Akleh dibunuh oleh pasukan Israel. Tak hanya itu, video menunjukkan tembakan terus dilakukan saat jurnalis lain di tempat kejadian berupaya menolong Abu Akleh.

Saat proses pemakanan dilakukan, kekerasan justru tidak berhenti. Warga Palestina yang rela hadir ke pemakaman Abu Aklek mendapat perlakuan kekerasan dari Israel. Polisi Israel menyerbu kerumunan pelayat yang mengibarkan bendera Palestina saat peti jenazah Abu Akleh meninggalkan rumah sakit St Joseph di Yerusalem timur, wilayah yang dicaplok Israel.

Dalam video siaran langsung yang diunggah oleh akun Twitter Al Jazeera @AJEnglish pada Jumat (13/5) malam, tampak pasukan Israel memukuli sejumlah warga Palestina yang sedang mengangkat peti jenazah Abu Akleh. "Pasukan pendudukan Israel menyerang warga Palestina saat pemakaman jurnalis Al Jazeera yang terbunuh," tulis unggahan akun tersebut.

Bahkan, Al Jazeera juga melaporkan bahwa tentara Israel menanyakan apakah warga yang hadir beragama Kristen atau Islam. Jika mereka beragama Islam, maka dilarang hadir ke pemakaman. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengaku "sangat terganggu" oleh aksi kekerasan tersebut. "Sangat terganggu oleh konfrontasi antara pasukan keamanan Israel dan warga Palestina yang berkumpul di Rumah Sakit St Joseph, dan perilaku beberapa polisi yang hadir di tempat kejadian," kata Juru Bicara Guterres Farhan Haq.

Haq mengatakan Guterres terus mendesak penghormatan terhadap hak asasi manusia yang mendasar, termasuk hak atas kebebasan berpendapat dan berekspresi dan untuk berkumpul secara damai. (cnn)