Kanal

Kandang Banteng Riau Bergoncang ,Suara PAC Minta Agar DPP Berhati-hati Atas Permainan Kordias

RADARPEKANBARU.COM- Beredarnya berita dan informasi sabagaimana yang disampaikan tokoh senior partai yang pernah menjabat sebagai Ketua DPD PDIP Riau dua periode H, Suryadi Khusnaini ditanggapi dan dibenarkan oleh sejumlah Kader.

Informasi pengkhianatan terhadap partai yang dilakukan oleh oknum Ketua DPD PDIP Riau Kordias Pasaribu membuat goncang keluarga besar partai berlambang banteng moncong putih ini.

Sejumlah kader mulai angkat bicara , kader di tingkat akar rumput mulai panas.

Seperti halnya Kampar,  setidaknya sejumlah pengurus di tingkat Pimpinan Anak Cabang  (PAC) gerah dengan sikap Kordias Paasaribu yang mendukung Suyatno pada pilgubri 2018 mendatang, padahal masih banyak kader yang berpotensi untuk diusung.

PAC notabene nya di SK-kan oleh DPD PDIP Riau dengan berani menentang dan mengkritisi Kordias. Dikarenakan Kordias diduga terlalu banyak mengkhianati garis-garis perjuangan partai. Melakukan politik dagang sapi untuk kepentingan pribadi.

"Apa yang disampaikan oleh pak H Suryadi Kusaini itu benar, sepertinya ada yang salah dengan kepengurusan DPD PDIP Riau sekarng, karena tidak ada keinginan untuk mebesarkan partai, tidak satupun kader murni yang dibesarkan dan diberi peluang untuk ikut bertarung dalam memperebutkan kepentingan politik partai jangka panjang seperti pilgubri 2018, " kata Ketua PAC se-Kabupaten Kampar, yang diwakili oleh Khairudin, Senin (9/10).

Menurut Khairuddin cara-cara politik dagang sapi dan pembodohan ini tidak bisa dipelihara maupun diterapkan lagi di rumah banteng.

"Kalau Kordias Pasaribu tidak berani maju atau tidak percaya diri, kader-kader partai lain masih banyak yang berpotensi dan layak jual untuk di perjuangkan, kenapa musti Suyatno yang cemistery nya serta perbuatan dan kepedulian terhadap partai belum teruji dan terlihat. Suyatno (Bupati Rohil,red) memang pengurus DPD PDIP Riau ,tapi dia kader partai lain yang dipaksakan masuk ke rumah banteng atau kader siluman kader jadi-jadian,  ini sangat berbahaya dan menjadi tanda tanya besar cara dan pola kepemimpinan Kordias Pasaribu ini. Ada apa dibalik semua ini????" katanya.

Menurut Khairuddin bahwa Suyatno sudah terbukti dan bermohon pada DPP Partai Golkar agar ia dijadikan ketua DPD II Golkar Kabupaten Rokan Hilir.

"Dan suratnya sudah beredar di media sosial, terlepas benar atau tidaknya itu bukan urusan saya" kata Khairuddin.

"Sampai kapan PDIP Riau di bawah kepemimpinan Kordias Pasaribu ini akan berubah ke arah yang lebih baik dengan mendahulukan kepentingan partai dari pada kepentingan pribadi," tuturnya.

Kader PDIP menilai tidak ada keinginan Kordias membesarkan partai.

"Saudara Ketua DPD PDIP Riau Kordias Pasaribu tidak ada niat untuk membesarkan organisasi partai ini," tegasnya.

Lebih lanjut Khairuddin mengataka bahwa selama ini konsilidasi partai berupa pembinaan maupun sentuhan sampai ke akar rumput tidak ada sama sekali.

"Kami sangat merasakan PDIP di Riau ini sudah mati suri dan dalam keadaan sakit parah dan sekarat," katanya.

Khairuddin menjelaskan setidaknya 12 (dua belas) Kabupaten/Kota di Provinsi Riau ini,11 (sebelas) diantaranya gagal dan kalah dalam pertarungan pilkada.

"Ini musti dipertanggung jawabkan oleh Kordias Pasaribu selaku Ketua DPD PDIP Riau yang juga merupakan koordinator pemengan pilkada Riau, termasuk Kabupaten Kampar yang menjadi korban politik BAR -bar saudara Kordias yang tidak mendukung kader untuk diusung maju pada pilkada lalu," tambahnya.

PAC se Kabupaten Kampar meminta kepada DPP PDIP agar peka dan melihat realita dan kejadian yang terjadi dengan nyata di Riau.

"Bahwa kami tegaskan saudara Kordias Pasaribu gagal dalam menjalankan amanah yang diberikan oleh DPP PDIP untuk membina dan mebesarkan organisasi PDIP di Riau ini," tutupnya.

Sebagaimana sebelumnya Politisi senior PDI Perjuangan Provinsi Riau, Suryadi Khusaini berkomentar keras terhadap sikap pengurus partainya menyikapi pemilihan gubernur Riau 2018 mendatang.

Adanya kecenderungan DPD PDI Perjuangan Riau mengusung kader partai lain, ketimbang kadernya sendiri, dinilainya sebagai langkah memalukan dan merusak harga diri partai.

"Saya selaku senior partai dan ikut mendirikan PDIP Riau merasa kecewa kalau partai ini harus digadaikan dengan rupiah," kata Suryadi seperti dikutip riauterkini.com, Sabtu (7/10/2017).

Ia menegaskan, seharusnya PDI Perjuangan Riau mengusung kader internal ketimbang menyerahkan partai ke figur lain, apalagi ke politisi partai lain. Tidak adanya itikad partai untuk mengusung kader internal menunjukkan kalau ada yang salah dengan kepengurusan partai saat ini.

"Alangkah memalukan kalau sampai yang diusung bukan kader PDIP. Mau diletakkan di mana muka kita ini kalau yang diusung justru kader dari partai kompetitor. Ini jelas adalah kesalahan struktur partai," tegas Suryadi.

Menurutnya, jika DPD PDI Perjuangan Riau lebih menginginkan kader partai lain untuk diusung, maka hal tersebut menunjukkan tidak adanya komitmen pengurus untuk membesarkan dan membangun harga diri partai.

Ia juga mengomentari soal wacana diusungnya Bupati Rokan Hilir, Suyatno dalam pilgubri 2018 mendatang oleh PDI Perjuangan Riau. Menurutnya, meski Suyatno telah diangkat sebagai anggota partai, namun dari segi kriteria dan perbuatannya untuk partai, sosok Suyatno belum bisa memenuhi kriteria yang nyata.

"Dia (Suyatno) belum memiliki chemistry dengan partai. Dia sudah masuk ke jajaran pengurus, tapi kesannya dipaksakan," jelasnya.

Menurutnya, seseorang bisa disebut sebagai kader jika sudah berbuat untuk partai. Juga telah memiliki status keanggotaan minimal 5 tahun berturut-turut.

"Bukan kader jadi-jadian," jelas mantan Ketua DPD PDI Perjuangan Riau dua periode ini.

Suryadi yang merupakan mantan Wakil Ketua DPRD Riau ini juga menantang kesiapan Ketua DPD PDI Perjuangan Riau, Kordias Pasaribu untuk berani bertarung dalam pilgubri.

"Jika tidak, maka bisa menunjuk kader lain seperti Almainis, Syarifuddin Poti atau Zukri. Yang jelas, saya sebagai salah satu pendiri partai di Riau kecewa berat jika partai ini mengusung kader partai lain," tegasnya.

Suryadi membantah dirinya mengeluarkan statemen keras ini lantaran ingin kembali maju di pilgubri. Sebelumnya, Suryadi memang sudah dua kali ikut dalam pilgubri langsung dan sekali dalam pilgubri melalui DPRD Riau. Namun, dari tiga kali kompetisi pilgubri itu, Suryadi belum pernah berhasil.

"Saya tidak berkeinginan maju di pilgubri karena era saya sudah berlalu. Cuma, saya ingin lihat PDI Perjuangan di Riau ini ke depan bisa lebih maju," tegasnya. (*)

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER