Rusak dan Kinerja Hancur , Manajemen BRK Dapat di Golongkan Kelompok Toxic Leader

Rabu, 04 April 2018

Bank Riau Kepri

RADARPEKANBARU.COM-“Pemimpin tidak selalu tertarik untuk melakukan perubahan untuk tujuan member manfaat bagi organisasi dan anggotanya secara keseluruhan : sebaliknya , pemimpin mungkin lebih tertarik pada hasil pribadi “ (tampilkan , Ericson , Harvey, 2011, p. 575)

Itulah kutipan yang yang cocok menggambarkan apa yang terjadi di Bank Riau Kepri (BRK), data yang kita dapat bahwa hingga Maret 2018 Bank Riau Kepri (BRK) telah mengumpulkan lebih dari 50 penghargaan / award , namun di banding dengan kinerja dapat kita lihat pada table berikut.

 

Foto Redaksi Indomedia.


Bagaimana bank yang memiliki bait jingle “perbankan modern, teguh utuh dan terus tumbuh” jika jaringan kantor saja tidak banyak tumbuh di daerah daerah yang ada di Riau, bagaimana Bank Riau Kepri (BRK) menyatakan dirinya bank modern jika EDC yang di gadang-gadang mempunyai banyak fiture ternyata hingga saat ini tidak banyak yang mengunakan. Bagaimana pertumbuhan e banking BRK ,Jika kita melihat lirik pada jingle tersebut dilaksanakan, bank riau kepri pasti bias menjadi tuan di daerahnya sendiri.

Mana bapak rivai rahman , yang dulu selalu rebut menyatakan Bank Riau Kepri (BRK) harus focus membangun Riau, sekarang terkesan lebih banyak ngikut saja , mungkin beliau karena sudah terlalu tua jadi kurang update dalam mengikuti perkembangan bank dan hanya menjual bahwa beliau ketokohan beliau , sampai sampai beliau tidak pernah mundur dari jabatan komisaris sampai ajal menjemput , Rivai Rahman saat ini terkesan lebih banyak menjadi pendengar dan corong saja bagi manajemen untuk mempengaruhi para pemegang saham karena saat ini karena masih banyak tokoh tua yang beranggapan bapak rivai rahman “tokoh”.

Di saat rata rata pertumbuhan system elektronik banking bank di Indonesia mencapai 30% Bank Riau tidak mampu menumbuhkan salah satu sarana yang dipakai seperti ATM dan anjungan setoran tunai mandiri . Dan bagaimana BRK meningkatkan kualitas pelayanan elektronik bankingnya.

Mengapa manajemen yang focus pada penghargaan dan merasa bangga mendapat penghargaan padahal manajemen BRK dapat di golongkan kelompok toxic leader .

Apa itu toxic leader : toxic leader adalah pemimpin beracun. Apa artinya ? seorang pemimpin yang membangkitkan aura negative baik bagi Tim maupun bagi organisasinya.

Jon Max Well dalam buku seri kepemimpinan memberikan contoh “Hendri Ford” yang terkenal buruk, meski genius , terkenal , dan dianggap sukses , namun kepemimpinannya dianggap payah , di bawah kepemimpinannya banyak terjadi konflik dan kemunduran. Managemen inilah salah satu contoh pemimpin beracun.

Apa ciri ciri pemimpin dapat di golongkan ke dalam toxic leader ?

Terdapat 7 ciri:

Pertama ,Gaya kepemimpinannya dikenal dengan “totem pole management” atau gaya kepemimpinan yang menginjak injak dan yang paling menderita adalah orang yang paling bawah, mereka sering dipersalahkan , di hina dan disepelekan . toxic leader menginjak injak bawahannya dan menjilad atasannya.

Kedua , Menciptakan atmosfir kerja yang tidak kondusif, relasi antar karyawan dibuat menjadi saling curiga dan konflik. Tingkat kepercayaan individu rendah. Konflik sering diciptakan agar ada kompetisi dan saling sikut diantara bawahannya. Biasanya mereka suka memancing di air keruh dan menampilkan dirinya seolah olah dialah sang pahlawan.

Keempat , Senang dengan loyalitas buta (blind loyality) .dia sangat anti akan kritikan dan sifat kritis dari karyawan dianggap sebagai bentuk perlawanan dan musuh yang membahayakan. ORANG INI BIASANYA SENANG DAN DI KELILINGI OLEH MANUSIA MANUSIA “YES MAN” atau biasa kita sebut manusia “asal bapak senang” kondisi ini menciptakan suasana kerja jauh dari otentik dan penuh kepalsuan.

Kelima, Gemar mengunakan “emotional blackmail”, yakni memiliki kemampuan lebih dalam membuat F.O.G (Fear, Obligation dan Guilty) yang artinya dia mampu membuat karyawan bekerja atas rasa takut, dibebani kewajiban, dan selalu merasa bersalah sehingga manajemen mampu dengan mudah mengancam ,seperti memutasi keluar daerah , dan bila melakukan kebaikan ingin jasanya di kenang. Mereka membangun dengan kondisi menciptakan rasa takut ,kepatuhan buta, dan rasa bersalah di lingkungan kerja.

Keenam, Manajemen Senang mengejar kuantitas dan tidak peduli dengan kwalitas yang menurun drastis. “ mereka senang memuji kinerja mereka karena hasil luar biasa dalam waktu singkat. Mereka tidak mengetahui kalau mereka di kelabui.

Suka menciptakan suasana yang tidak transparan ,membuat pernyataan yang ambigu untuk menghindari tanggung jawab. Anak buah sering di jadikan kambing hitam dan cepat menganulir keputusan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

Ketujuh, Menghalalkan segala cara jika kepepet demi mencapai tujuan, jika ambisinya terhalangi mereka akan melibas semua aturan dan mengabaika netika . mereka akan mengunakan kekuasaan dan uang untuk mencapai apa yang mereka inginkan dan menghalau semua yang menjadi halangan (by. Anthony DM).

Melihat 7 ciri dari pimpinan beracun diatas maka dapat kita golongkan BRK termasuk di dalamnya . dan pola tersebut di tiru oleh para pemimpin di bawah sehingga BRK terus merosot kinerja jangka panjang dan jika ini terus berlangsung BRK akan tinggal menjadi sejarah seperti PT. BAPERI .

Dimasa direktur Syafei Yusuf kita mengenal istilah walisonggo karena ada 9 orang pejabat yang menjadi pasien kejaksaan riau dan bank riau kepri yang waktu itu masih bernama BPD Riau sudah diambang kebangkrutan akibat banyaknya kredit bermasalah, kemudian kinerja bank di perbaiki oleh Dirut tengku Alang Dermawan, dimana sistim akuntansi yang dulunya manual mulai mengunakan computer, masa pembenahan itu Bank Riau Kepri (BRK) harus meminjam uang pada bank nagari untuk pembayaran gaji, namun kemudian kinerja mulai membaik, banyak karyawan bermasalah yang melakukan tindakan fraud di berhentikan , termasuk keponakannya sendiri karena tengku alang berasal dari BNI dan bukan berasal dari internal BRK dia hanya memimpin 1 periode karena ada permainan dari internal untuk mengeser dan membawa mantan kepala BI pekanbaru Deddy Rohendi menjadi Dirut.

Dimasa Deddy Rohendi karyawan di buat sejahtera dengan memberikan insentif hampir setiap bulan, walau kinerjanya hanya dari penempatan karena pada waktu itu terjadi gejolak suku bunga disaat reformasi .

Deddy Rohendi kemudian di depak dan di gantikan oleh Zulkifli thalib ,zulkifli thalib membuat dinasti besar dan hancur karena skandal kredit di batam dan pensiun direksi yang sanggat besar karena rata rata pensiun Zulkifli thalib, sarjono amnan, wan Marwan, ruslan malik, berkisar 19.000.000,-hingga 22.000.000,-( saat ini setara dengan gaji pemimpin divisi aktif) sampai mereka meninggal dan itu telah diminta gubernur h m rusli zainal untuk dikembalikan kenilai wajar yaitu 9.000.000,- namun minuta rups yang membunyikan hal tersebut hilang pada akta rups di batam 26 des 2008 di hotel novotel batam dengan notaries yondri darto sh. Yang saat ini menjadi ketua notaries kepri.

Namun dengan pendekatan melakui prof. Sufian Hanim mereka berhasil meyakinkan bahwa besar pensiun tidak dapat dirubah pada hal jika disampaikan pada departemen keuangan terdapat proses yang salah suhardiman ambi yakin ini bisa di perbaiki, yang tidak bias dirubah hanya al quran ujarnya lagi. Dapat kita bayangkan pension mantan direktur 400% lebih besar dari pensiun kepala daerah yang nota bene pemegang saham, FANTASTIC BUKAN?


Penulis : Suhardiman Ambi, (Sekretaris Komisi III DPRD Riau)