Dugaan Skandal Mega Korupsi BRK, Berikut Wawancara dengan Sekretaris Komisi III DPRD Riau

Ahad, 25 Maret 2018

Foto Ilustrasi

RADARPEKANBARUCOM-Sekretaris Komisi III DPRD Riau, Suhardiman Ambi merasa sedih melihat kinerja Bank Riau-Kepri  (BRK) yang menurut beliau sudah diambang kehancuran, jika kinerja BRK masih seperti ini dimana hanya mampu meningkatkan laba setahun hanya berkisar 1,54 Miliar dirasa sangat tidak etis, ia menyarankan agar merubah saja  BRK menjadi BPR jika itu terus berlangsung.  

Keraguan politisi Hanura yang sangat concern pada ekonomi kerakyatan tentu sangat beralasan dimana Bank Riau Kepri selaku badan usaha yang berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Riau terkesan hingga saat ini hanya menjadi juru bayar pemda dan tempat meminjamnya kontraktor pemda ya masih menyusu lah pada pemda. 

Malah menurut pria yang bergelar adat Datuk Panglimo Dalam ini jika BRK tidak segera dibenahi , maka diperkirakan 2 tahun lagi BRK bisa di golongkan Bank gagal kelola. Lihat saja jumlah kredit bermasalah yang tinggi di bank riau.  

Berikut petikan wawancara Radar dengan Sekretaris Komisi III DPRD Riau,  Suhardiman Ambi, minggu 25 maret 2018 di Pekanbaru.

Apa sebenarnya yang menjadi permasalahan di BRK yang anda ketahui?

Kita mulai saja dari  melihat kondisi di beberapa cabang saja sudah sangat luar biasa. 

Bisa anda jelaskan lebih rinci? 

Seperti yang terjadi di Dalu-dalu Rokan Hulu setidaknya uang BRK bobol Rp 240 miliar melalui kredit fiktif kebun sawit yang saya dengar mantan Pincabnya (Pimpinan Cabang,red) memakai uang tersebut Rp 40 miliar  namun tidak mendapat proses hukum. Selanjutnya di Sorek Pelalawan bobol Rp 60 miliar melalui kredit fiktif kopsa peta, pimpinan cabangnya malah bisa pensiun dengan tenang. Adalagi Rp 60 miliar kredit fiktif di Bank Riau Syariah Duri dimana pemimpin cabangnya melarikan diri ke Jogyakarta. Dan yang terakhir kasus kredit di cabang Utama untuk pembangunan jembatan di mentawai senilai Rp 5 miliar yang mana peminjam sama pemakai kredit bukan perusahaan tersebut namun Dirut malah mempromosikan pemimpin cabangnya yang telah diperiksa Polda Riau tersebut.  

Apa pendapat anda tentang adanya deposito yang  besar dengan special rate di BRK?

Menurut saya deposito bukan prestasi tapi justru resiko tinggi. Mari sedikit saya bongkar dari sisi kredit kinerja penghimpunan dana yang komposisi dana mahal lebih besar (deposito) di banding dengan tabungan dan giro. Deposito yang besar dengan special rate menurut saya bukan prestasi tapi resiko tinggi. Coba bayangkan komposisi dana BRK yang besar deposito tersebut jika mendadak para 'deposan' mencairkan dana nya karena ada Bank di Jakarta yang menawarkan bunga tinggi apa yang terjadi dengan rasio loan berbanding deposit apa BRK mampu membayar kewajibannya?.

Anda beberapa kali meminta data kinerja BRK, seberapa penting data itu untuk di ketahui?

Ini semua harus jelas dan transparan kita bahas karena ini aset pemda yang wajib kita jaga dan selamatkan. Saya sangat menyayangkan dan meragukan kesehatan BRK serta menganggap perlu nya melakukan fit and propertes ulang atau sekaligus mengganti  jajaran pengurus Bank. 

Dari neraca publikasi yang di muat di media cetak lokal kita juga dapat melihat bahwa pertumbuhan kredit sepertinya jalan di tempat,  ini bisa disebabkan oleh karena sumber dana BRK berbentuk deposito atau memang kinerja yang tidak mengangkat akibat tidak memiliki rencana kerja jangka panjang. 

Saya mengatakan ini karena saya telah meminta pada BRK untuk mengirimkan rencana kerja jajaran direksi sehingga saya mau lihat kemana arah BRK dan kemana tujuannya. 

Berarti anda menggap manajemen BRK tidak punya program yang jelas?

Maksud saya begini, bahwa kerja di Bank harus memiliki blueprint yang jelas sebagai kontrol dalam mencapai tujuan kedepan. Kemudian kita lihat juga NPL atau kredit bermasalah yang terjadi hampir diseluruh kantor dimana NPL BRK mencapai 4,56 % per agustus 2017.

Kalaupun terjadi perbaikan diakhir tahun saya yakin ini dilakukan dengan penghapus-bukuan kredit bermasalah dan bukan terjadi penagihan yang signifikan. 

Anda juga meminta daftar cabang bermasalah versi manajemen BRK, tujuannya apa? 

Saya sudah punya datanya hanya ingin melihat kejujuran manajemen. Kami juga  sudah menerima aduan terkait nepotisme yang sangat luar biasa yang saya dengar langsung dari internal BRK, dimana keluarga direksi banyak yang mendapat promosi padahal tidak ikut aturan. Direktur utama yang baru beberapa tahun memimpin telah mempromosikan keluarganya mulai dari adik, kakak sepupu, saudara ipar, keponakan dan lain-lain yang menjadi pejabat padahal kapasitas nya diragukan.

(radarpku)