Nasib Gabah Rohil Dijual ke Sumut , Pemerintah Tutup Mata

Selasa, 24 Oktober 2017

Beras Rohil Kemasan Provinsi Sumut

RADARPEKANBARU.COM-Kabupaten Rokan Hilir selain dikenal sebagai penghasil ikan terbesar kedua di dunia, daerah ini juga dikenal sebagai daerah penghasil padi terbaik. Namun sayang, gabah-gabah hasil panen petani Rohil ini malah dibawa ke Provinsi Sumatera Utara.

Tentu hal ini merugikan Kabupaten Rokan Hilir karena Sumatera Utara yang "mendapat namanya". Salah satu penyebab gabah-gabah padi ini dibawa ke Sumatera Utara adalah karena Rohil belum memiliki pabrik yang mampu menampung padi hasil sawah petani lokal.

Untuk itu para petani sangat berharap agar Pemkab Rohil dapat membangun pabrik agar petani dapat meraup hasil yang lumayan. Sebab, dengan dijualnya padi mereka ke wilayah Sumut, tentu biaya operasional pengangkutan mempengaruhi harga jual. Jika pabrik tersebut ada di Rohil tentu harga penjualan dapat lebih tinggi.

Jika dilihat dari banyaknya sawah di Rohil sudah sangat sepantasnya pabrik besar dan mesin pengeringan dapat berdiri. Padahal, Rohil termasuk salah satu penghasil padi terbesar di Riau.

Ironinya beras produksi Rohil Provinsi Riau dengan leluasa beredar di Provinsi tetangga dengan kemasan karung bermerek produksi Provinsi tetangga.

Salah satunya bermerek Cap 'Bintang Merah' Kecamatan Air Batu Kabupaten Asahan

Sebagaimana dikutip dari RiauAktual , salah satu pedagang Rafi (30) mengaku sejak beberapabulan terakhir dirinya membeli padi dari petani di berbagai daerah di Rohil seperti di Kecamatan Bangko, Sinaboi, Pedamaran dan daerah lain. Padi yang dibeli dari petani ini dibawa setiap harinya menuju salah satu daerah di Sumut untuk dijadikan beras.

"Satu hari kita membawa puluhan ton padi menuju Sumut mengunakan Colt Diesel. Padi ini kita beli dari para petani dibeberapa daerah seperti di Serusa, Sinaboi dan beberapa daerah lain," akunya. "Perkilogramnya padi petani dibeli dengan harga kisaran Rp 4.000 dan di pabrik tentu harganya di atas itu," terangnya.

Di pabrik tempat padi ini ditampung bisa menghasilkan beras satu harinya 10 ton dan beras yang sudah jadi itu dibuat dalam kemasan dan kemudian dipasarkan disejumlah daerah termasuk di Rohil sendiri.

"Beras yang kita beli di toko, yang ada di Bagan Siapiapi ini bisa jadi adalah hasil tanam petani di sini," katanya menjelaskan.

Masyarakat berharap Pemkab Rohil peka sehingga Rohil memiliki pabrik sehingga tak perlu menjual padi ke luar daerah. "Kita butuh uang, kalau tak dijual lalu diapakan lagi padi yang udah dipanen ini. Kalau di daerah kita ada penampung yang mampu membeli dengan harga yang sama kita siap menjualnya. Tapi sejauh ini kita belum pernah tau ada atau tidak makanya kita jual saja dengan pedagang yang mau membeli padi kita," katanya. 

Pak Wek (70) salah seorang pemilik gudang / kilang padi bermerek 'Sri Rahayu' di Rohil menyampaikan kepada Radar bahwa persoalan kemasan kemasan goni beras terpaksa dibeli dari Kabupaten Asahan karena harganya murah, sementara di Rohil tidak ada yang memproduksi karung beras.

"Beli dari asahan berkisar Rp 1.800 Per/kemasan," kata Pak Wek, beberapa waktu yang lalu.

Pak Wek meminta pemerintah bisa mencari solusi agar beras Rohil bisa dikemas dengan karung dari merek lokal. (andrizal)