BI Riau Gencarkan Sosialisasi Lawan Berita Hoax yang Meresahkan Masyarakat

Rabu, 25 Januari 2017

Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau, Ismet Inono

RADARPEKANBARU.COM- Bank Indonesia Provinsi Riau gencar melakukan sosialisasi untuk memerangi berita palsu atau hoax, tentang uang NKRI yang beredar luas lewat media sosial, untuk mencegah keresahan masyarakat.

"Kalau ada gambar sudah ada uang NKRI dipalsukan, tolong tunjukan wujudnya sebenarnya karena sampai kini belum ada itu ditemukan. Kemungkinan itu orang yang sengaja membuatnya untuk meresahkan masyarakat," kata Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi Riau, Ismet Inono, saat ditanya wartawan terkait gambar uang NKRI palsu yang tersebar luas dimedia sosial, di Pekanbaru, Selasa.

Ismet mengatakan, berdasarkan data BI di Riau, jumlah uang rupiah palsu yang dilaporkan masyarakat selama 2016 mencapai 1.269 lembar. Ia mengakui jumlah temuan uang palsu sedikit meningkat dibandingkan 2015, namun masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah uang yang beredar.

"Rasio jumlah uang palsu sangat sedikit karena dari 1 juta lembar uang beredar, hanya empat uang palsu yang ditemukan. Angka peningkatan pada 2016 bukan berarti karena makin banyak uang palsu beredar, melainkan karena gencarnya sosialisasi kita telah membuat kesadaran masyarakat meningkat untuk berbondong-bondong ke bank melaporkan temuan uang palsu," ujarnya.

Ia mengatakan BI Riau terus melakukan sosialisasi tentang uang NKRI disetiap acara yang digelarnya, agar masyarakat tidak "termakan" berita hoax yang informasinya sumir. Ia menjelaskan bahwa tingkat
keamanan uang NKRI yang menggunakan teknik "rectoverso", masih yang terbaik untuk mencegah pemalsuan dan sudah diterapkan sejak pencetakan uang sejak tahun 2000.

Kemudian, ia juga menepis isu tentang logo palu-arit yang muncul dalam penggunaan "rectoverso" di uang NKRI. Ia menjelaskan, proses rancang desain hingga keamanan uang NKRI turut melibatkan Badan
Koordinasi Pemberantasan Rupiah Palsu (Botasupal), yang termasuk didalamnya BI, Polri, Badan Intelejen Negara (BIN), Kejaksaan hingga
Kementerian Keuangan.

Karena itu, isu palu-arit yang dikaitkan dengan gerakan tertentu dalam pembuatan uang NKRI dinilainya sebagai imajinasi berlebihan dari sekelompok orang yang ingin menciptakan keresahan publik.

"Saya tidak bisa menyalahkan orang berimajinasi. Tapi kalau keluar (palu-arit) seperti itu, tidak ada unsur kesengajaan (BI) untuk ciptakan tanda khusus. Kalau ada, pasti dari awal sudah dilarang oleh BIN dan kepolisian," kata Ismet sambil menambahkan pihaknya menyerahkan ke pihak berwajib untuk penyelidikan apabila diperlukan.

Selain itu, Ismet juga masyarakat tidak termakan berita hoax bahwa uang NKRI adalah upaya pemerintah untuk pemotongan nilai rupiah
(sannering). Ia menjelaskan, apa yang kini dicoba oleh pemerintah adalah renominasi yang artinya berbeda jauh dengan sannering. Redenominasi bertujuan sebagai efisiensi, menyederhanakan pembukuan
dengan menghilangkan dua angka nol pada uang.

"Sannering itu hanya diberlakukan pada kondisi ekstrim, contohnya pernah terjadi pada tahun 1960-an saat inflasi 1.000 persen. Tapi sekarang inflasi kita cuma empat persen, jadi sannering dengan
redenominasi itu dua hal yang berbeda," katanya. (ant)