Menyoal Pembubaran Diskusi Komunitas Arus Batas dan JAKFI (Insiden Jumat Malam tgl 1 April 2016)

Senin, 04 April 2016

Mantan Ketua Cabang HMI Pekanbaru Abdullah Mustamin, saat di Pemondokan Haji Di Wilayah Aziziah Al-junubiyah Mekkah Al-Mukarrah 19 Nopember 2008 lalu.

RADARPEKANBARU.COM-Sebenarnya aku sudah jenuh berbicara sikap paranoid kaum puritan yang terlalu jauh mencampuri urusan privasi orang lain, berlagak seolah sebagai security yang diurus oleh Tuhan untuk menjaga pintu kebenaran. Sudah terlalu banyak tindakan-tindakan yang "kurang adab" dalam menghadapi keragaman dan perbedaan pemikiran.

Peristiwa yang terjadi jum'at malam di Pusgit HMI pada acara diskusi yang diadakan oleh komunitas Batas Arus dan JAKFI Pekanbaru menambah daftar panjang tindakan intoleransi dan sikap reaktif yang sangat amat berlebihan. Betapa tidak diskusi yang merupakan "santapan wajib" bagi calon-calon intelektual diberhentikan paksa dan menyandera pemateri bak seorang penjahat. Kini budaya melayu yang santun seolah dan ramah terhadap tamu yang datang seolah hanya ucapan pemanis bibir saja, akibat ulah para "pengawal kebenaran".

Anehnya lagi diskusi tersebut diklaim sebagai misi penyebaran syi'ah di Pekanbaru, dan kira salah satu sebabnya karena membawa nama Fatimah Az zahrah, siapakah Fatimah Az zahra, apakah mereka lupa kalau Fatimah Az Zahrah adalah putri kesayangan Nabiyyu rahmah al mustafa Muhammad saw, baginda sendirilah yang menyatakan bahwa Fatimah adalah "Sayyidah al-nisa' al-alamin" (Penghulu wanita seluruh alam), apakah sayyidah Fatimah hanya milik orang Syi'ah dan bukan milik sunni ? Di sinilah letak pembodohan umat, ada semacam upaya untuk menjauhkan umat Islam dari mengenal para keluarga Nabi.

Akhir-akhir ini berkembang semacam keyakinan aneh yang menganggap bahwa orang yang menunjukan kecintaan kepada Keluarga Nabi itu diidentikan dengan syi'ah, sehingga setiap nama keluarga Nabi disebut maka muncul semacam kecurigaan berlebihan yang mengantarkan pada tindak kekerasan dan pemaksaan terhadap kelompok lain. Padahal Cinta kepada keluarga Nabi itu diperintahkan.

Diskusi yang gagal dilaksanakan tersebut adalah kegiatan yang menurut saya sangat baik untuk mengantarkan para calon2 intelektual kepemahaman dan wawasan terbuka, dan saya kira ingin mengambil nilai-nilai keteladan yang ada para di Fatimah Az Zahrah seorang wanita mulai yang oleh Nabi disebut sebagai "Ummu Abiha" (Ibu bapaknya) karena setelah Khadijah tiada beliau yang menggantikan peran Khadijah.

Adakah yang salah jika Fatimah ingin dijadikan "role model" oleh para aktivis perempuan ? Adakah sesat jika keteladan fatimah dibicarakan dan dikaji dari perspektif filsafat, bisakah dicap sebagai haram jika yang dikaji adalah nilai-nilai luhur yang berkaitan dengan keluarga Nabi.

Ini hanyalah sedikit pertanyaan dari sekian banyak pertanyaan yang tersimpan di benak ketika ingin mencari jawaban, apa alasan apa yang bisa membenarkan pembubaran paksa diskusi tersebut.

Mungkin karena beralasan bahwa pemateri adalah orang Syiah sehingga dikhawatirkan peserta diskusi terpengaruh dengan syiah. Ini alasan yang sangat konyol dan lahir dari pengaruh gencar promosi kesesatan Syiah terutama para muballigh garis keras. Saya 6 tahun belajar dari seorang Kristen (Guru SD) tapi sampai hari ini saya tetap muslim. Sikap paranoid itu muncul karena kurangnya pergaulan, minim bacaan, dan salah dalam berguru.

Setelah 11 tahun meninggalkan HMI, tempat menimba ilmu dan merupakan kampus ke dua setelah IAIN, banyak perubahan terjadi, geliat intelektualisme seolah kehilangam obor, kini perlahan mulai muncul bibit baru namun disayangkan pucuk pimpinan HMI sendiri yang sudah kehilangan ruh intlektualisme. Jika dulu pemikiran2 saya dianggap menyimpang bahkan dilabeli kafir oleh kawan-kawan, tapi sekarang hebatnya pucuk pimpinan HMI berani memfatwakan haram terhadap terhadap aliran yang diakui dalam deklarasi Amman yang di hadir 500 ulama termasuk dari Indonesia, demikian juga dengan deklarasi Mekkah. (radarpku)


Penulis Abudllah Mustamin adalah Mantan Ketua Cabang HMI Pekanbaru