Megawati Lepas Pulau Sipadan dan Ligitan, akankah Jokowi Mengikuti Lepaskan Natuna

Kamis, 19 November 2015

Jokowi

RADARPEKANBARU.COM- Seolah ada perasaan De Javu ‘mengingat kisah yang sama yang terjadi di masa yang lalu’, mengenai sikap dua Presiden RI kepada kepemilikan kepulauan milik Indonesia

Dulu, Megawati Soekarnoputri membiarkan pulau sipadan dan ligitan lepas dari tangan Indonesia, akankah hal itu akan berulang pada saat ini, era Jokowi Indonesia kembali kehilangan kepulauan Natuna.

 



Indonesia saat ini sedang dalam posisi yang seharusnya melakukan protes keras, karena klaim peemrintah China kepada kepemilikan kepulauan natuna sudah dikeluarkan, bahkan pemerintah China telah menguatkan armada tempur lautnya dikawasan Laut China Selatan untuk memberikan bukti kepada dunia internasional, bahwa China adalah pemilik yang sah seluruh wilayah laut china selatan termasuk kepualauan Natuna.

Usaha China menguasai kawasan China Selatan sebenarnya sudah menadapatkan perlawanan dari beberapa negara yaitu Filipina dan Vietnam terkait kepemilikan kepulauan Spratly, kedua negara tersebut melakukan perlawanan hingga ke tingkat PBB

Dan sekarang China kemabali melakukan aksi klaim nya kepada kepemilikan kepualauan Natuna yang kaya akan sumber mineral termasuk gas alam dibawahnya; secara bentang garis bujur dan garis lintang (geografis) posisi kepulauan Natuna sah masuk kedalam wilayah Indonesia, ditambah posisi china yang sangat jauh secara geografis dengan kepulauan Natuna.

Namun China telah bersikeras, Kepulauan Natuna adalah milik mereka

Sekarang tinggal menunggu jawaban dan reaksi keras Presiden Jokowi atas klaim China atas kepulauan Natuna karena ini adalah solah Kedaulatan Nasional, batas negara milik Indonesia, apakah Indonesia rela di acak acak oleh pemerintah China seperti dahulu Pemerintah Malaysia lakukan atas pulau Sipadan dan Ligitan.

Semoga saja rasa De Javu itu tidak benar, bahwa negara kita pasti akan melakukan protes bahkan perlawanan keras atas klaim kepemilikan China atas kepulauan Natuna seperti apa yang dilakukan filipina dan vietnam atas kepulauan spratly.

Kalau sampai hal itu tidak terjadi (protes dan perlawanan), mungkin kita harus segera mengevaluasi kepemimpinanan nasional kita saat ini, harusnya mereka malu kepada Soekarno! (ln)

Sumber:posmetro.info