Bentuk Berubah Total, Revitalisasi Masjid Tertua di Pekanbaru Diprotes

Senin, 22 Juni 2015

Masjid Raya Pekanbaru yang dibangun pada masa Kesultanan Siak pada abad 18

RADARPEKANBARU.COM-Masjid Raya Pekanbaru yang dibangun pada masa Kesultanan Siak pada abad 18 direvitalisasi. Bangunan lama dihilangkan. Ada yang protes, masih pantaskah masjid itu disebut bersejarah?

Masjid itu terletak di Kecamatan Senapelan, hanya berjarak sekitar 100 meter dari tepi sungai Siak. Masjid ini dibangun semasa kesultanan Siak pada raja ke-4 dan ke-5 antara tahun 1760 hingga 1866.

Dulu, masjid ini memang pernah dipugar beberapa kali. Namun tidak total. Nah, sejak sejak tahun 2011, masjid dipugar habis-habisan. Tidak menyisakan bentuk bangunan lamanya. Fisik masjid secara nyata rata dengan tanah. Tersisa hanya empat pilar berdiri di tengah bangunan masjid yang baru sekarang ini.

Empat tahun sudah berjalan. Bangunan masjid yang menjadi lantai dua ini tak kunjung selesai. Anggaran tak hanya tersedot untuk pembagunan, tapi juga ganti rugi lahan sepanjang masjid sampai ke tepi sungai Siak.

Di sebelah kanan bangunan masjid, sampai kini masih berdiri kuburan Sultan Siak ke-4 dan ke-5. Lahan pekuburan keluarga sultan itu sendiri telah lama ditetapkan menjadi cagar budaya yang seyogyanya sekaligus bangunan masjid yang lama.

"Ini yang amat kita sayangkan, mengapa bangunan masjid yang lama justru dipugar habis menjadi bangunan masjid yang baru. Ini sama saja menghilangkan bukti sejarah penting bahwa dulunya masjid tersebut merupakan masjid pertama di Pekanbaru," kata Pemerhati Cagar Budaya Riau, Dendi Gustiawan, Minggu (21/6/2015).

Jika dulunya bangunan masjid bergaya arsitektur Melayu, kini bangunan masjid jauh berbeda bentuknya.

Ketua Revitalisasi Masjid Raya Pekanbaru, Nasrun Effendi, saat dihubungi detikcom, Minggu (21/6/2015), menyebutkan, pembangunan masjid raya untuk menghidupkan kembali kejayaan masa lalu. Dana yang dibutuhkan hingga bangunan selesai dengan sarana penunjang lainnya sekitar Rp 120 miliar.

"Karena sudah lapuk makanya masjid kita bangun yang baru," kata Nasrun.

Pembangunan dimulai sejak tahun 2011 hingga 2013. Nasrun mengaku lupa jumlah yang telah digunakan. Yang jelas, proyek ditangani Dinas PU Pemprov Riau dan total dana yang dibutuhkan mencapai Rp 120 miliar.

Nasrun menyebutkan, tim revitalisasi berdasarkan SK dari Pemprov Riau. "Tim revitalisasi sejalan dengan Pemprov Riau namun tidak melibatkan pengurus masjid raya. Karena kita dengan pengurus masjid berbeda fungsi dan tugasnya," kata Nasrun.

Hingga saat ini, proses revitalisasi masih berlangsung. Nasrun belum bisa memastikan kapan proyek itu selesai.

Kata Pengurus Masjid, Turis Kecewa Masjid Raya Pekanbaru Dirombak

Masjid Raya Pekanbaru sejak dulu sudah tersohor sampai ke manca negara, terutama Malaysia dan Singapura. Namun kini, turis asing kecewa karena masjid direvitalisasi sehingga bangunan lama hilang.

Masjid Raya dikenal sebagai masjid bersejarah karena diperkirakan dibangun abad ke 18 semasa kesultanan Siak ke-4 dan ke-5. Masjid itu merupakan gotong royong warga di Kecamatan Senapelan, dulu bernama Pekanbaru.

Karena itu juga, di sebelah kanan masjid kini masih terdapat makam para sultan, panglima, dan keluarga besarnya. Kawasan makam raja ini bagian dari cagar budaya. Dan sebenarnya, Masjid Raya juga bagian dari kesatuan cagar budaya itu sendiri.

Kini, bangunan masjid tersebut tak lagi ada. Bangunan utama telah dirobohkan. Banyak masyarakat kecewa, karena bentuk masjid yang sekarang tak lagi merupakan bangunan sedia kala.

Saban tahun, turis dari kedua negara tetangga, selalu menyempatkan untuk melihat masjid bersejarah ini. Apalagi, kesultanan Siak dari raja pertama merupakan keturunan dari kerajaan Melaka, Malaysia.

Sehingga hubungan batin, jauh sebelum kemerdekaan sudah sangat dekat dengan Malaysia. Tak guna heran, turis Malaysia bila mampir sejenak ke Pekanbaru pasti akan menyempatkan untuk melihat bukti sejarah masjid tertua yang dibangun semasa kesultanan ke empat dan kelima itu.

Menurut Wakil Ketua Pengurus Masjid Raya Pekanbaru, Pangadilan Nasution (63), kini banyak turis asal Malaysia yang kecewa. Karena mereka melihat bahwa bangunan masjid yang sekarang bukanlah bangunan lama.

"Kadang turis datang ke mari bertanya dimana masjid yang dibangun sultan Siak. Saya hanya menjawab, hanya tersisa pilar yang ada di dalam bangunan masjid," kata P Nasuiton.

Setelah dijelaskan, para turis tersebut merasa kecewa. Karena yang ingin mereka lihat adalah bangunan aslinya, bukan bangunan yang sekarang.

"Kalau bangunan masjid yang baru, di tempat kami jauh lebih bagus dari masjid ini. Kami datang kemari ingin melihat aslinya bangunan masjid sultan. Itulah komentar para turis kalau datang ke sini," kata Pangadilan.

Selaku pengurus masjid, menurut Pangadilan, mereka tidak pernah dilibatkan soal revitalisasi tersebut. Sebab, urusan revitalisasi ditangani Pemprov Riau.

"Kami pengurus masjid sama sekali tak terlibat soal pembangunan masjid. Tugas kami untuk memakmurkan masjid. Banyak turis kecewa melihat kondisi Masjid Raya sekarang, karena dianggap sudah menghilangkan bukti sejarah," kata Pangadilan.

"Kami tidak tahu menahu soal revitalisasi itu," kata Pangadilan.


(cha/try/dtc)