WWF Diduga Tutupi Kematian Gajah "Flying Squad" di Riau

Senin, 15 Juni 2015

RADARPEKANBARU.COM- Organisasi konservasi satwa WWF (World Wide Fund for Nature) membantah sengaja menutupi kematian seekor gajah Sumatera jinak yang ditemukan tak bernyawa tiga minggu lalu di Taman Nasional Tesso Nilo, Provinsi Riau.

Namun, otoritas setempat menyatakan belum menerima laporan resmi kematian gajah itu dari WWF.

"Kami tidak ada niat untuk menutupi, tapi karena hasil pemeriksaan laboratoriumnya ternyata sangat lama," kata Humas WWF Program Riau, Syamsidar kepada Antara di Pekanbaru, Senin.

Gajah jinak yang mati itu bernama Nela, salah satu gajah jinak dari "Elephant Flying Squad Tesso Nilo", yang merupakan regu kerja sama WWF Indonesia, Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau dan Balai Taman Nasional Tesso Nilo. Syamsidar mengatakan gajah betina jinak itu masih berusia delapan tahun saat ditemukan tewas pada 17 Mei lalu di area penggembalaan tak jauh dari kamp "Flying Squad" di Taman Nasional (TN) Tesso Nilo.

Ia mengatakan Nela merupakan anak pertama dari gajah tim "Flying Squad" yang lahir pada 23 Februari 2006 dari induknya, Lisa. Para pawang (mahout) "Flying Squad" menduga Nela merupakan hasil perkawinan Lisa dan salah satu gajah liar di Tesso Nilo. Dalam kesehariannya Nela dikenal adalah anak gajah yang sangat lincah dan mudah diatur sehingga seringkali Nela menjadi perhatian tamu yang berkunjung ke camp Flying Squad.

Syamsidar juga membantah kematian gajah disebabkan ikatan rantai yang terlalu kencang terhadap gajah jinak itu. Menurut dia, rantai hanya diikatkan di salah satu kaki gajah dengan panjang 30 meter. "Ikatan rantai juga tidak ketat sehingga gajah masih bisa berinteraksi dan mencari makan," ujarnya.

WWF menyatakan telah melaporkan kematian Nela kepada pihak yang berwenang, kemudian tim gabungan dari BBKSDA Riau, Balai TN Tesso Nilo, dokter hewan yang ditunjuk segera turun ke lokasi untuk melakukan otopsi dan mengumpulkan informasi guna melacak penyebab kematian Nela. Dari proses yang dilakukan tersebut, belum dapat diketahui pasti penyebab kematian Nela.

Ia mengatakan tim gabungan juga mengambil sampel organ dalam Nela untuk analisa laboratorium lebih lanjut di Balai Veteriner Bukittinggi, Sumatera Barat. Dari hasil uji toxikologi, lanjutnya, belum juga dapat diketahui penyebab kematian Nela dan masih akan dilakukan pemeriksaan dengan metoda kultur jaringan.

Hasil dari uji sampel pertama belum menunjukan penyebab kematian gajah Nela yang misterius. "Dari hasil uji pertama tidak ditemukan penyebab kematiannnya, jadi perlu dilakukan uji kultur jaringan lebih lanjut," katanya.

       
Belum Terima Laporan

Sementara itu, Kepala BBKSDA Riau Kemal Amas ketika dikonfirmasi mengatakan belum menerima laporan resmi tentang kematian gajah Nela di TN Tesso Nilo. Ia mengaku hanya mendengar laporan secara lisan, dan itu sulit untuk dijadikan pertanggungjawaban.

"Saya sudah menagih ke WWF, mana laporannya, mana laporannya. Karena kalau saya ditanya mengenai hal ini, tidak ada dasar yang jelas," kata Kemal Amas ketika dihubungi Antara.

Ia meminta agar WWF lebih terbuka kepada publik terkait setiap kasus kematian gajah Sumatera, baik itu gajah jinak maupun satwa liar. Bahkan, Kemal justru balik mempertanyakan mengapa WWF terkesan tertutup tentang kematian gajah "Flying Squad" ini.

"Saya heran dengan WWF, ketika mereka biasanya langsung berteriak-teriak ketika gajah Sumatera mati, tapi kenapa yang satu ini tidak. Mau kemana lagi ini akan ditutup-tutupi," tegas Kemal Amas.(ant)