Media Australia Sebut Ani Yudhoyono Berencana Bangun Dinasti

Selasa, 17 Desember 2013

SBY-ANI

Jakarta, (radarpekanbaru.com)-Laporan The Australian tentang dominasi Kristiani Herawati atau Ibu Ani Yudhoyono di Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengungkap peluang Ani menggantikan SBY.

Media Australia itu menulis, intelijen Negeri Kanguru memata-matai Ibu Ani untuk mempelajari rencana terselubung Ibu Ani untuk menciptakan sebuah dinasti kepresidenan di Indonesia.

Rencana yang disebut tak pernah berhasil itu mengungkap, Ibu Ani akan dicalonkan sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014. Pencalonan ini setelah SBY menyelesaikan dua periode masa pemerintahannya.

Seperti dilansir republika.co.id, Ibu Ani disebut hanya akan menjadi pemimpin perantara dalam jangka waktu lima tahun. Sambil menyiapkan putra sulungnya, Agus Yudhoyono Harimurti untuk cukup matang mencalonkan diri sebagai presiden.

Penyadapan telepon Ibu Ani disebut dilakukan oleh Direktorat Sinyal Pertahanan (DSD) pada 2009. Sekarang, lembaga itu disebut dengan Direktorat Sinyal Australia. Sementara Badan Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat diyakini telah menyadari dan mendukung adanya kegiatan mata-mata itu.

The Australian juga mengungkap alasan mengapa telik sandi Negeri Kanguru itu menyadap telepon Ibu Ani. The Australian, yang mengaku mendapat data dari Wikileaks, menyampaikan, pada 17 Oktober 2007, terdapat kawat diplomatik yang dikirim dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta kepada para diplomat di Canberra dan CIA.

Isi kawat tersebut berpesan tentang peran The first lady itu dalam Kabinet Indonesia Bersatu. Bu Ani, meski tak masuk dalam anggota kabinet, tetapi punya posisi penting dalam pengambilan kebijakan pemerintahan SBY. Tak hanya itu, Ibu Ani juga diduga turut berperan dalam meminimalisir Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam kebijakan di pemerintahan.

Kawat diplomatik itu juga menyebutkan, upaya Bu Ani membatasi akses para penasihat presiden dengan menguatkan perannya sebagai penjaga utama akses ke SBY. Bu Ani juga disebut mampu memaksa SBY sebagai presiden untuk melihat dan memilih pendapat ibu dua putra itu.

Istana menepis data yang dilansir The Australian. "Itu semua tidak benar," kata juru bicara Kepresidenan, Julian A Pasha seperti dilansir detikcom.

Julian menegaskan, apa yang disampaikan Wikileaks tak bisa dipercaya. "Wikileaks tak jelas kredibilitasnya, bagaimana bisa dipercaya," jelas dia.

Julian juga menegaskan, soal penyadapan dan tindakan intelijen Australia yang mengorek informasi mengenai Ibu Ani dinilainya sebagai langkah yang tidak menghormati kebebasan hak asasi manusia. "Itu tak boleh dilakukan, itu melanggar hak asasi dan kebebasan," tegas Julian.

Julian pun menegaskan Ibu Ani tidak menyiapkan putranya Agus Yudhoyono untuk melanjutkan dinasti politik. "Itu kan berarti sudah opini, sudah pandangan mereka," tegas Julian.

Bantahan serupa dilontarkan Mensesneg Sudi Silalahi. Sudi juga membantah ikut campurnya Ani menentukan komposisi kabinet. "Tak benar, sama sekali tak benar. Itu Agus dipersiapkan untuk long time oleh dirinya sendiri. Orangtuanya hanya mendidik," kata Sudi. (hrc)

Editor : Ahmad Adryan