Jelang Kongres PDIP, Jokowi Diserang Loyalis Mega

Jumat, 03 April 2015

Efendi Simbolon

JAKARTA,RADARPEKANBARU.COM- Effendi dan Joko, dulunya jalan bareng di partai. Saat sama-sama berjuang, Effendi sering mengkritik Joko. Kini, setelah Joko berganti status menjadi Presiden RI, Effendi yang masih di partai, malah lebih pedas mengecam dan memberi tanggapan kepada Joko. Ya, politikus PDI Perjuangan bernama Effendi Simbolon sekarang menjelma menjadi salah satu tokoh terdepan yang mengawasi gerak-gerik Presiden Joko Widodo. Effendi menganggap alih-alih mewujudkan Nawacita dan Trisakti, banyak kebijakan yang dibuat Jokowi melanggar konstitusi. "Saya dulu masih positif mikirnya, mungkin apa yang terjadi karena orang-orang sekelilingnya. Tapi kalau ternyata maunya dia sendiri, ini bahaya. Saya mulai curiga semuanya mau dia (Jokowi) sendiri saat mengganti kabinet Trisakti jadi Kabinet Kerja," ujar Effendi, seperti dikutip dari RMOL.co, Jumat (3/4). Parahnya lagi, menurut Effendi, kabinet bentukan Jokowi kabinet kerja tanpa berfikir. Padahal semestinya, sesuai filosofi hidup, sebelum bekerja orang harus berfikir dulu, barulah bekerja. "Kalau langsung kerja tanpa mikir dan doa, ya jadinya seperti sekarang ini. Harga naik kacau balau. Ngurus migas minerba gaya neolib. Ini kan kabinet rasa neolib sekarang," kata Effendi. Tak seperti kebanyakan rekan-rekannya di PDI Perjuangan yang masih betah membela bahkan memuji Jokowi, Effendi malah menyebut Jokowi sudah melanggar konstitusi. Salah satunya menyerahkan harga BBM ke pasar dan melegalkan ekspor konsentrat. "Ini risiko kalau kita pilih presiden belum cukup umur. Wajar saja, Jokowi gak pernah berkiprah di kancah nasional, baru di daerah. Besok-besok kita pilih presiden yang benar-benar memiliki kemampuan," tukas Effendi. Jelang Kongres PDIP, Hasil Survei unggulkan Jokowi Survey Riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) menujukkan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) merupakan figur yang paling mampu membesarkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Namun hasil survei itu dinilai sedang menggoda Jokowi untuk berkuasa di PDIP. "Survei itu memang menunjukkan Jokowi mengungguli (Ketua Umum PDIP) Megawati. Survey itu menggoda Jokowi untuk ikut maju dalam pemilihan Ketua PDIP di Kongres mendatang," ujar Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Gun Gun Heryanto kepada wartawan, Kamis (2/4/2015). Ia menambahkan hasil survey CSIS juga menjadi sinyal bahwa Jokowi masih memiliki peluang untuk memimpin PDIP. Apa lagi gaung mendukung Jokowi sebagai Ketua PDIP masih mencuat jelang Kongres PDIP di Bali April ini. Namun Gun Gun mengingatkan agar Jokowi tidak maju. (sk/jpnn)