Jika Suami atau Istri Tak Bekerja, Berikut Cara Atur Keuangannya

Senin, 09 Maret 2015

ilustrasi

RADARPEKANBARU.COM-Harga-harga terus meningkat. Sementara gaji belum tentu bertambah. Apalagi jika pemasukan keluarga hanya dari satu pintu, yakni suami atau istri tidak bekerja. Tidak heran jika penghasilan satu pintu dirasa belum cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-hari. Sayangnya kebutuhan keluarga tidak bisa ditunda.

Umumnya memang suami adalah pencari nafkah. Tetapi tidak tertutup kemungkinan jika suami tidak bekerja karena sakit atau belum beruntung dalam karier. Untuk itu, dalam menghadapi pembiayaan keluarga perlu dibarengi dengan sikap bijak mengelola keuangan.

Berikut ini beberapa tips untuk pasangan yang ingin beralih memiliki penghasilan tambahan dan dapat mengelola keuangan secara baik, seperti dikutip dalam artikel berjudul 5 Action Items for One-Income Households oleh Budgeting & Personal Finance Expert Paula Pan, Senin (9/3/2015).

1. Diskusikan usaha dan kepemilikan

Jika istri atau suami sama-sama bekerja maka sudah terbiasa dengan apa yang dia beli adalah bukan untuk "kita". Namun jika salah satu harus berhenti bekerja karena alasan anak atau sakit, Anda akan memasuki masa transisi ke status penghasilan satu pintu. Maka ada baiknya Anda berada pada pola pikir yang sama tentang upaya saling berbagi agar tidak menimbulkan konflik rumah tangga.

Beberapa pasangan dengan penghasilan satu pintu terkadang terjebak dalam pola berpikir bahwa suami adalah satu-satunya orang yang memberikan kontribusi untuk rumah tangga. Namun sebenarnya istri atau suami bisa berwirausaha. Di satu sisi ada yang bekerja mengumpulkan uang, namun di sisi lain ada yang bertugas mengurus pekerjaan di rumah dan mencari uang tambahan.

Menghadapi situasi seperti ini, Anda harus melakukan komunikasi yang kuat untuk memastikan bahwa keduanya berhak mendapat perlakuan dan pembagian hasil yang sama.

2. Gunakan asuransi jiwa

Pastikan Anda membeli asuransi jiwa dan asuransi yang mengkover cacat jangka panjang untuk pasangan yang tidak bekerja. Banyak pasangan lalai untuk melakukan hal ini, karena berpikir bahwa pasangan yang tidak bekerja maka tidak menghasilkan pendapatan. Sehingga pasangan di rumah tidak perlu diasuransikan karena tidak memberikan kontribusi keuangan yang lebih.

Padahal, pasangan yang tidak bekerja sewaktu-waktu juga bisa sakit atau meninggal dunia. Jika hal itu terjadi, otomatis akan ada biaya lebih untuk mempekerjakan pengasuh anak, pembantu rumah tangga, penyedia perawatan kebun, tutor, babysitter, dan asisten pribadi.

3. Mempertimbangkan kembali sejumlah biaya

Beberapa pasangan menganggap bahwa mereka perlu untuk mempertahankan beberapa pengeluaran. Lihatlah catatan biaya bulanan Anda. Lakukanlah penghematan. Misalnya, jika Anda memiliki dua mobil, ketika Anda memutuskan untuk berpenghasilan tunggal, maka Anda perlu memikir ulang apakah dua mobil tersebut diperlukan?

Anda juga dapat memikir ulang mengenai biaya lain seperti anggaran makan di restoran, kebiasaan shopping yang tidak terkendali, serta anggaran hiburan lainnya. Jika ada kerusakan kecil pada rumah Anda, belajarlah untuk memperbaiki sendiri, misal kebocoran pipa rumah, membersihkan selokan dan mencuci eksterior sendiri.

4. Dana pensiun untuk kedua pasangan

Tabungan pensiun adalah prioritas nomor satu. Pasangan yang bekerja akan perlu untuk menyimpan cukup uang untuk menutupi kebutuhan masa pensiun kedua pasangan. Simpanlah 10 persen dari gaji atau pendapatan sampingan untuk masa tua. Pasangan dengan pola pendapatan satu pintu disarankan melakukan penghematan 20 persen, untuk mengompensasi perbedaan.

5. Menyiapkan dana darurat

Menyimpan dana darurat untuk biaya tidak terduga merupakan hal yang penting. Dana darurat berbeda dari dana yang akan menutupi biaya normal, seperti pemeliharaan rumah dan perawatan mobil. Dana ini akan dibutuhkan jika tiba-tiba terjadi kerusakan mesin cuci, anak atau orangtua sakit, yang merupakan keadaan darurat dan tidak terelakkan.

(sumber:okezone.com)