Soal Budi Gunawan, Ini Pesan Mega kepada Jokowi

Ahad, 15 Februari 2015

Ilustrasi

RADARPEKANBARU.COM-Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella mengatakan ada beberapa pesan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri kepada Presiden Jokowi saat pertemuan di Loji Gandrung, Solo. Salah satunya, terkait keputusan pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai Kepala Kepolisian RI.

"Kami sepakat untuk menunggu putusan praperadilan," kata dia saat dihubungi, Sabtu, 14 Februari 2015. Rio ikut dalam pertemuan petinggi Koalisi Indonesia Hebat tersebut.

Megawati, kata Rio, menegaskan kepada Jokowi agar konsisten dan tunduk pada konstitusi yang berlaku. Dalam konteks kasus Budi Gunawan, ujarnya, Jokowi harus melantik Budi terlebih dahulu. Bila batal melantik, Jokowi harus mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu).

Saat ditanya apakah artinya Megawati mendorong Jokowi untuk melantik Budi, Rio tak bicara secara gamblang. "Bukan mendorong atau tidak, tapi tunduk pada konstitusi," ujarnya.

"Jokowi harus tunduk konstitusi supaya tidak ada lagi perdebatan panjang," ujarnya.




Megawati bertemu sejumlah Jokowi dan para petinggi partai di rumah dinas Wali Kota Surakarta atau Loji Gandrung pada Sabtu pagi. Di antaranya adalah Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Ketua Umum PPP Romahurmuziy, Ketua Umum PKPI Sutiyoso, dan Sekretaris Jenderal Partai NasDem Patrice Rio Capella.

Kisah Alius Disingkirkan dari Daftar Calon Kapolri

Anggota Komisi Kepolisian Nasional Edi Saputra Hasibuan membantah jika pihaknya sengaja menyingkirkan mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Suhardi Alius dari bursa calon Kepala Polri. Menurut Edi, Kompolnas punya pertimbangan kuat tak mengikutsertakan Suhardi Alius.


foto : Mantan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Polri Komisaris Jenderal Suhardi Alius

"Kami fokus cari calon Kapolri dari angkatan tahun 1982-1984. Kalau Suhardi angkatan 1985," kata Edi saat dihubungi Tempo, Jumat, 6 Februari 2015.

Walhasil Kompolnas menilai Suhardi terlalu muda untuk diajukan sebagai calon Kapolri saat ini. Edi pun menegaskan bahwa tak ada sentimen dari Kompolnas kepada Suhardi Alius. Sebagai bukti, Edi memuji prestasi Suhardi Alius. "Beliau pernah jadi Kapolda Jawa Barat dan Kabareskrim, masih muda lagi umurnya," kata dia.


Alius mulai terlempar dari bursa calon Kapolri sejak ada gerakan mendongkelnya dari jabatan sebagai Kepala Bareskrim. Alius disebut berkhianat dari Polri karena dia bekerja sama dengan KPK.


Bahkan, Budi Waseso sebelum menjabat sebagai Kepala Baresrkirm sempat melontarkan janji kontroversial soal pembersihan Polri dari anggota yang diklaim berkhianat. Janji itu keluar setelah Kabareskrim sebelumnya, Komjen Suhardi Alius, dituding memberikan data terkait dengan Komjen Budi Gunawan ke Komisi Pemberantasan Korupsi.

Ucapan Budi Waseso menuai kritik dari mantan Kapolri, Komjen Oegroseno, karena dianggap menciptakan perpecahan. Namun, menurut Budi Waseso, tidak tertutup kemungkinan ada pengkhianat di dalam Bareskrim. "Ya bisa saja, kalau pengkhianat internal itu nanti yang urus internal. Nanti kami bahas lagi," tuturnya.

Kompolnas akan menyerahkan empat nama kepada Jokowi. Dua calon Kapolri itu dari angkatan 1982 dan sisanya dari angkatan 1984. Dari angkatan 1982 adalah Wakapolri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti dan Inspektur Pengawasan Umum Polri Komjen Dwi Priyatno. Sedangkan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian Komisaris Jenderal Budi Waseso dan Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komjen Putut Eko Bayuseno mewakili angkatan 1984.

Meski begitu Edi Saputra Hasibuan belum bisa memastikan keempat nama tersebut bakal dipilih oleh Presiden Joko Widodo. "Bisa saja Pak Presiden pilih yang lain, karena itu hak prerogatif beliau," kata dia.(radarpku)


Sumber : Tempo.co