Sebuah Ungkapan Cinta Untuk Semua Ibu di Dunia

Senin, 22 Desember 2014

Oleh : Azizon Nurza, S.Pi, MBA, MM Anakmu Bukan milikmu, Mereka putra putri yang rindu pada diri sendiri Lewat engkau mereka lahir, namun tidak dari engkau, Mereka ada padamu, tapi bukan hakmu. Berikan mereka kasih sayangmu, tapi jangan sodorkan Bentuk pikiranmu, Sebab mereka ada alam pikiran tersendiri. Patut kau berikan rumah untuk raganya,Tapi tidak untuk jiwanya, (Khalil Gibran) "Didiklah dan persiapkanlah anak-anakmu untuk suatu zaman yang bukan zamanmu. Mereka akan hidup pada suatu zaman yang bukan zamanmu" (Ali bin Abi Thalib) Tanpa peran ibu, dunia akan kehilangan rohnya. Generasi muda yang tangguh, bangsa kuat, lahirnya prestasi-prestasi gemilang, munculkan energi dan kekuatan maha tinggi semuanya berangkat dari sosok seorang Ibu. Dengan cintanya, ibu bisa membuat dunia takluk dikakinya, karena kemulyaannya surgapun ditempatkan di kakinya, karena derajatnya posisi berbhaktipun ayah berada tiga tingkat dibawahnya. Ibu sebuah pribadi yang mulya, diagungkan, dihormati, disucikan dan dilarang keras untuk disakiti apalagi didurhakai. Tapi mengapa sekrang peran ibu tidak lagi diminati? Pertanyaan ini sangat relevan diperbincang pada hari ini. Disaat kita masih sibuk dan larut dalam seremonial merayakan peringatan hari ini dengan berbagai kegiatan yang memanifestasikan sebenarnya peran ibu tidak lagi bergengsi, peran ibu kurang dihormati, kurang memberikan kesempatan aktualisasi diri, terkesan rumahan dan kampungan, tidak modern dan dicap bodoh. Berbagai gerakan atas nama persamaan hak, emansipasi dan kesetaraan gender diusung dalam berbagai seminar untuk melegitimasi bahwa perempuan ingin menjadi laki-laki dengan melupakan kondrat kewanitaan, fungsi dan hakikat keberadaanya. Tuhan sudah begitu adil memberikan posisi begitu terhormat, begitu suci dan begitu tinggi. Namun kita menapikan karena keegoaan, kebodohan dan ketidak mengertian akan makna sebuah kesetaraan. Mengapa peran ibu ingin kita kupas kembali dihari ini? Berbagai fenomena kemasyarakatan yang dipertontonkan secara vulgar di media cetak dan eletronik seharusnya menyadarkan kita bahwa kita salah memandang dan menempatkan posisi wanita khususnya ibu. Ibu memiliki peran yang cukup strategis baik sebagai manager rumah tangga, istri dari seorang suami, ibu dari anak-anaknya, anggota dari kelompok masyarakat dan juga manusia yang ingin berkreasi dan berkarya agar eksistensinya bisa diakui. Namun sayang beberapa waktu terakhir, kesalahan memaknai emansipasi membuat ibu lebih betah diluar rumah dengan segudang aktivitas social yang katanya untuk membantu orang banyak disisi lain keluarganya sendiri terabaikan, padahal sangat membutuhkan kehadiran dan keberadaannya. Peran sebagai manager rumah tangga diserahkan kepada Si Inem untuk mengatur segala sesuatu termasuk melakukan sebagian tugas yang terkait erat dengan suami. Entah itu mencuci pakaian, memasak makanan, membuka pintu pada saat suami pulang, memberikan perhatian dan yang tersisa hanya memberikan pelayanan dalam memenuhi kebutuhan biologis. Peran sebagai ibu juga tidak jauh berbeda, banyak ibu mendelegasikan fungsi itu kepada pembantu sehingga jangan disalahkan jika anaknya besar polapikirnya seperti pikirannya pembantu, sebab nilai-nilai kehidupan ditransfer dari seorang Inem yang memiliki keterbatasan ilmu, pengalaman dan juga wawasan (kalau pintar pasti tidak mau jadi pembantu). Anak ditemani tidur oleh televisi dan DVD, anak dibelai dengan mesra hingga tertidur oleh dinginnya AC, anak didik kasar, bringas, nakal dan tidak bermoral oleh telenovela, sinchan dan berbagai perangkat permainan yang bebas sensor karena ayah dan ibu sibuk diluar. Kunci keberhasilan seorang ibu diukur dari kemampuan menjaga keseimbangan antara peran sebagai manager rumah tangga, istri, ibu bagi anak-anak dan bagian dari anggota masyarakat. Ibuku adalah salah satu wanita agung yang sukses memainkan peran strategis tersebut. Mamaku (panggilanku untuk ibuku) adalah ibu yang sukses dan patut menjadi contoh. Dalam usia 64 tahun ia membuktikan kesuksesannya menjaga keseimbangan itu. Sebagai seorang manager rumah tangga ibuku berhasil mengelola rumah tangganya bisa bertahan utuh, rukun, damai dan penuh dengan kebahagiaan, seperti yang kami rasakan. Pada hitungan 40 tahun perkawinan papa sangat setia dan tidak sedikitpun melakukan kesalahan melirik ataupun sedikit berpaling, perjalanan cinta mereka telah ditempa oleh waktu, telah diuji oleh suka dan duka serta sudah kekal abadi dalam perjalanan panjang yang pasti bertepi. Sebagai manager rumah tangga tidak jarang ibuku turun tangan mencari sumber dana, selain mengajar sebagai guru beliau juga bahu-membahu bersama papa membuka hutan menjadi lading dan kebun untuk investasi masa depan anak-anaknya. Ibuku wanita gigih, pantang menyerah, penuh semangat dan penuh mimpi, satu persatu dari tujuh anaknya diantarkan kegerbang persaingan menuju kesuksesan, mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, dari anak-anak sampai dewasa, dari sendiri sampai bekeluarga. Satu persatu mimpinya beliau gapai, disisi lain ribuan mimpi diwariskan kepada kami untuk menggapainya dengan kerja keras, dengan ketabahan, kesabaran, kejujuran dan selalu mengingat Allah. Ibuku wanita karier yang sukses, meniti karir sebagai guru dari golongan I/b sampai mencapai golongan IV/a, dari tugas disebuah dusun sampai ibukota provinsi. Ibuku bisa membagi waktu tidak membuat waktu kami dikurangi, rasa sayang dan perhatiannya kami dapatkan secara penuh. Ia wanita agung yang sukses menjalankan fungsi keberadaannya diatas dunia dan menjaga keseimbangan terhadap berbagai kepentingan yang dihadapinya. Dihari ini kuingin berbagai cerita tentang kemulyaan seorang ibu yang sehari-hari kupanggil mama. Kuingin mencubit kesadaran kita semua bahwa kunci kesuksesan berada pada restu dan doanya. Kami 7 bersaudara telah memungut satu persatu mimpi mencapai satu-persatu bintang meluncur menuju pertempuran yang lebih besar untuk menguji nyali dalam peran sebagai ayah maupun ibu untuk mendidik anak dan mewariskan mimpi-mimpinya. Semoga hari ini, ibu-ibu sedunia diberikan kebahagiaan, diberikan limpahan kasih-sayang dan perhatian. Diberikan ribuan obat untuk mengobati kesakitan, kesedihan, kesepian dan kesendirian. Selamat Hari Ibu, Selamat Ulang Tahun Mama, Cintamu abadi selalu.*** Penulis Adalah Tokoh Pemuda Indonesia dari Riau yang sudah malang melintang diberbagai organisasi social kemasyarakatan. Saat ini menjabat berkarir diperusahaan tambang batubara terbesar di Provinsi Aceh.