Mengikuti Sunnah Nabi di Saat Bid'ah Menyebar Luas

Jumat, 02 Desember 2022

RADARPEKANBARU.COM - Ulama dan cendekiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi menjelaskan tentang konsep sunnah dan tingkatan sunnah, serta penyakit bid'ah. Menurut Nursi, mengikuti sunnah Nabi memiliki nilai yang sangat tinggi, terutama saat bid'ah menyebar luas.

Dalam penjelasannya, Nursi mengutip ayat Alquran, di mana Allah SWT berfirman,

"Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman. Maka jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana) yang agung.” (QS At-Taubah 9:128-129).

Allah SWT juga berfirman,

"Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu" (QS Ali Imron [3]: 31).

Nursi menjelaskan, mengikuti sunnah Nabi benar-benar memiliki nilai yang sangat tinggi. Apalagi di saat bid’ah menyebar luas. Menurut Nursi, mengikuti sunnah dalam kondisi demikian memiliki nilai yang lebih tinggi dan lebih istimewa. Khususnya lagi, ketika umat berada dalam kerusakan. 

Nursi mengatakan, mengikuti adab kecil dari sunnah menunjukkan adanya ketakwaan yang agung serta iman yang kuat. Sebab, mengikuti sunnah Nabi yang suci secara langsung akan mengingatkan kita kepada Rasul yang paling agung itu. 

"Ingatan dan kesadaran yang bersumber dari sikap mengikuti sunnah tersebut akan berubah menjadi kesadaran akan adanya pengawasan ilahi," jelas Nursi dalam bukunya yang bejudul Al-Lama'at terbitan Risalah Nur Press, halaman 104-105. 

Bahkan, lanjut Nursi, kebiasaan dan perbuatan alamiah yang paling sederhana seperti makan, minum, tidur, dan lainnya jika dilakukan dengan mengikuti sunnah akan berubah menjadi sebuah amal ibadah yang mendapat ganjaran pahala. Sebab, berbagai kebiasaan itu dilakukan dengan niat mengikuti Rasul sehingga yang terbayang adalah ia sedang menjalankan salah satu adab agama seraya menyadari posisi Nabi sebagai penggenggam syariat.

"Dari sana, kalbunya akan mengarah kepada Pembuat syariat hakiki, yaitu Allah. Sehingga ia pun akan mendapat ketenteraman, kedamaian, dan pahala ibadah," kata Nursi

Demikianlah, tambah Nursi, dari uraian di atas dapat dipahami siapa yang menjadikan peneladanan sunnah sebagai kebiasaannya, berarti ia telah mengubah kebiasaannya tersebut menjadi suatu ibadah sehingga ia bisa membuat semua usianya berbuah dan menghasilkan pahala.(rep)