Inggris Terancam Alami Resesi Kedua

Selasa, 22 Desember 2020

LONDON -- Inggris berada di ambang resesi kedua dalam setahun akibat dampak virus corona yang bermutasi menghantam ekonomi tepat ketika pembicaraan perdagangan Brexit mendekati tenggat waktu mereka. Dilansir dari Bloomberg, Selasa (22/12), lonjakan infeksi Covid-19 memaksa pemerintah untuk memperketat lebih banyak pembatasan, dan hubungan transportasi antara Inggris dan Uni Eropa untuk sementara dihentikan karena virus.

 

Ekonomi Inggris diproyeksi menyusut lebih dari 1 persen pada kuartal IV 2020. Ancaman terbaru menempatkan risiko rebound yang diharapkan pada kuartal pertama tahun depan. Krisis Covid-19 yang memuncak memberi tekanan pada Menteri Keuangan Rishi Sunak untuk kembali meningkatkan dukungan fiskal dan bank sentral Inggris, Bank of England, untuk mempertimbangkan apakah perlu meningkatkan stimulus moneter.

 

"Aturan penguncian baru kemungkinan akan diperpanjang hingga beberapa bulan pertama tahun depan," kata Philip Rush, kepala ekonom di perusahaan riset Heteronomics, dikutip dari Bloomberg, Selasa (22/12). Menurut Rush, ini adalah resesi double-dip. Inggris diterpa resesi ekonomi terakhir kali pada awal tahun 2020 ketika pandemi melanda.

 

Serangan terbaru dari virus corona datang pada waktu yang sangat tidak diinginkan, dengan pembicaraan mengenai perjanjian perdagangan pasca-Brexit dengan UE masih menemui jalan buntu. Perusahaan-perusahaan di Inggris tidak tahu apakah mereka akan menghadapi tarif dan pemeriksaan perbatasan mulai 1 Januari 2021.

 

Pembatasan sosial tampaknya akan tetap berjalan untuk sementara waktu, penangguhan perjalanan terkait virus -awalnya selama 48 jam- dapat dicabut segera setelah pemerintah membuat protokol kesehatan baru.

 

Pada pekan lalu, Bank Sentral Inggris, Office for Budget Responsibility dan mayoritas ekonom dalam survei Bloomberg mengharapkan pertumbuhan pada kuartal pertama di tahun depan. Sejumlah ekonom pekan lalu memangkas prediksi mereka untuk pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2021 menjadi 3 persen dari 5,5 persen karena kebijakan penguncian baru.(rep)