Cina Ancam Australia Untuk Tidak Selidiki Asal Virus Corona

Rabu, 29 April 2020

Petugas polisi berpatroli di Manly Beach mengikuti penerapan aturan sosial menjaga jarak dan isolasi diri untuk membatasi penyebaran virus corona (COVID-19), di pinggiran Manly di Sydney, Australia,

SYDNEY - Pemerintah Cina mengancam Australia untuk tidak meneruskan upayanya terkait investigasi asal usul virus corona (COVID-19). Menurut Duta Besar Cina di Australia, Cheng Jingye, apa yang dilakukan Australia adalah manuver politik yang bisa membahayakan hubungan Cina-Australia."Kami meminta Australia untuk mengesampingkan bias ideologi dan menghentikan permainan politik mereka...demi hubungan bilateral Cina dan Australia," ujar pernyataan pers Kedutaan Besar Australia di Cina, sebagaimana dikutip dari South China Morning Post, Rabu, 29 April 2020.

 

Diberitakan sebelumnya, Perdana Menteri Australia Scott Morisson mendekati sejumlah kepala negara untuk mendorong adanya investigasi internasional soal Corona. Menurut Morisson, negara-negara terdampak virus Corona berhak tahu dari mana virus itu berasal dan bagaimana wabah bisa terjadi.

 

Beberapa negara yang didekati oleh Morisson adalah Amerika, Prancis, dan Jerman. Ketiganya mengapresiasi ajakan Morisson, namun merasa waktunya belum pas. Presiden Prancis Emmanuel Macron, misalnya, mengatakan bahwa dirinya ingin fokus menangani pandemi virus Corona dulu. Meski begitu, hal tersebut tidak menghentikan upaya Australia.

Jingye melanjutkan bahwa upaya yang didorong Australia tidak hanya bisa mengganggu hubungan bilateral, namun juga pariwisata. Sebab, kata ia, serangan terhadap Cina bisa menimbulkan sentimen Anti-Australia ke depannya yang kemudian berdampak ke jumlah turis dari Cina. "Mungkin warga Cina kemudian akan bertanya-tanya, buat apa mereka minum anggur Australia? buat apa makan daging Australia," ujar Jingye.

 

Menanggapi pernyataan Jingye, Pemerintah Australia akan memanggillnya untuk meminta penjelasan. Menteri Perdagangan Simon Birmingham bahkan mengatakan bahwa pembicaraan awal sudah dilakukan di mana kementeriannya menyampaikan kekecewaan terhadap pernyataan Cina. "Australia tidak akan mengubah kebijakannya yang berkaitan dengan kesehatan publik dan keamanan nasional hanya karena ancaman ekonomi," ujar Birmingham.

 

"Pemerintahan kami sangat sadar bahwa (akibat virus Corona) ratusan ribu nyawa melayang dan ekonomi terpuruk. Hal itu mempengaruhi miliaran penduduk di seluruh dunia dan cukup untuk menjadi alasan perlunya investigasi," ujar Birmingham menegaskan. Hingga hari ini, Australia tercatat memiliki 6.738 kasus dan 88 korban meninggal akibat virus Corona (COVID-19). (tmpo)