Banyak Pihak dalam Konflik Suriah Lakukan Kejahatan Perang

Rabu, 04 Maret 2020

RADARPEKANBARU.COM - The Independent International Commission of Inquiry on Syria (IICIS) mengatakan hampir semua pihak yang terlibat dalam konflik Suriah telah melakukan kejahatan perang. IICIS adalah tim penyelidik independen untuk Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB.

IICIS menyelidiki peristiwa yang terjadi antara Juli 2019 hingga Januari 2020. Mereka menemukan kejahatan perang dilakukan oleh pasukan Rusia, Suriah, kelompok yang terafiliasi al-Qaeda, dan kelompok oposisi bersenjata yang didukung Turki. Setidaknya terdapat dua peristiwa yang menjadi fokus penyelidikan IICIS.

Pertama adalah serangkaian serangan udara yang dilakukan pesawat Rusia di pasar Ma'arrat al-Nu'man di Provinsi Idlib pada 22 Juli 2019. IICIS menggambarkan serangan tersebut dengan istilah "double tap" sebab serangan kedua dilancarkan saat petugas penyelamat berada di lokasi.

Sebanyak 43 warga sipil, termasuk empat anak-anak, terbunuh dan sedikitnya 109 lainnya terluka. Serangan kedua yang diselidiki adalah pengeboman terhadap kompleks pengungsi di ladang di luar Haas di Idlib selatan pada 16 Agustus 2019. Peristiwa itu menewaskan 20 orang, termasuk delapan wanita dan enam anak-anak, serta melukai 40 lainnya.

"Berdasarkan bukti yang tersedia, termasuk kesaksian saksi, rekaman video, citra data serta laporan oleh pemantau penerbangan, intersepsi komunikasi penerbangan, dan laporan pengamatan dini, komisi memiliki alasan yang masuk akal untuk percaya sebuah pesawat Rusia berpartisipasi dalam setiap insiden yang dijelaskan di atas," kata IICIS dalam laporannya dikutip laman the Guardian.

"Dalam kedua insiden itu, Angkatan Udara Rusia tidak mengarahkan serangan ke sasaran militer tertentu, yang merupakan kejahatan perang karena melancarkan serangan tanpa pandang bulu di wilayah sipil," tulis IICIS.

Pasukan pro-pemerintah Suriah juga dituding menggunakan amunisi tandan di kamp-kamp padat penduduk untuk pengungsi sipil. Hayat Tahrir al-Sham yang terafiliasi al-Qaeda turut tercatat karena melakukan setidaknya satu eksekusi. Di Suriah timur laut, pasukan Pemerintah Turki dan sekutunya telah menyerang daerah yang dikuasai pasukan Kurdi pada Oktober 2019.

Dewan HAM PBB menemukan bahwa Syrian National Army (SNA) yang didukung Turki mungkin telah melakukan kejahatan perang. Mereka terlibat dalam pembunuhan politisi Suriah-Kurdi Hevrin Khalaf pada 12 Oktober.

Khalaf adalah pemimpin Future Party of Syria. Salah satu motif Turki melancarkan serangan ke Suriah adalah mendepak pasukan Kurdi yang didukung Amerika Serikat (AS) dari wilayah perbatasannya dengan Suriah.

IICIS dipimpin seorang pengacara asal Brasil, Paulo Pinheiro. Menurut dia, kaum wanita, anak-anak, dan warga sipil lainnya di Suriah menghadapi tingkat penderitaan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Kepala Urusan Kemanusiaan dan Bantuan Darurat PBB Mark Lowcock telah mengatakan bencana kemanusiaan sedang berlangsung di Idlib. Ratusan ribu warga Idlib sedang melakukan eksodus. Kondisi mereka mencemaskan karena saat ini Idlib tengah dibekap cuaca sangat dingin.

“Banyak yang berjalan kaki atau di belakang truk dalam suhu di bawah titik beku, di tengah hujan, dan salju. Mereka pindah ke daerah yang semakin ramai yang mereka pikir akan lebih aman.

Tapi di Idlib, tidak ada tempat yang aman,” ujar Lowcock saat berbicara di Dewan Keamanan PBB pada Rabu (19/2). Menurut Lowcock, sejak 1 Desember 2019, hampir 900 ribu warga Idlib mengungsi. Lebih dari 500 ribu di antaranya adalah anak-anak.

Sekitar 50 ribu orang tak memiliki tempat bernaung. Mereka berlindung di bawah pohon dan ruang terbuka. “Saya mendapat laporan harian tentang bayi dan anak kecil yang sekarat dalam kedinginan,” ujar Lowcock.(rep)