Naik Drastis, Harga Jengkol Di Riau Naik 25,98 Persen

Senin, 02 Juni 2014


RADARPEKANBARU.COM - Hasil pendataan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau harga jengkol di Provinsi Riau selama bulai Mei 2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan sekitar 25,98 persen dibanding bulan April 2014 lalu.

Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau Drs Mawardi Arsyad, jengkol dan petai dapat menangkal penyakit diabetes (kencing manis) dan ini hasil penelitian WHO. Selama ini jengkol dan petai dianggap sepele karena baunya yang menyengat.

Komoditas yang dianggap sepele ini seperti juga petai berperan dalam kenaikan inflasi di Riau pada Mei 2014. Gabungan tiga kota di Riau mengalami inflasi 0,16 persen dengan Indeks harga Konsumen (IHK) 111,78, laju Inflasi Tahun Kalender (Mei 2014 terhadap Desember 2013) sebesar 1,29 persen dan laju Inflasi Tahunan/Year on Year (Mei 2014 terhadap Mei 2013) sebesar 7.16 persen.

Dari tiga kota IHK di Provinsi Riau, dua kota mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Pekanbaru 0,20 persen disusul Dumai 0,14 persen, sedangkan Tembilahan mengalami deflasi sebesar 0,23 persen.

Data ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau Drs Mawardi Arsyad dalam konferensi pers di Kantor BPS Riau Jalan Pattimura Pekanbaru, Senin (2/6/2014). Selain Jengkol, komoditi lain juga mengalami peningkatan harga pada Mei 2014 seperti wortel naik 32,58 persen, tomat sayur naik 28,82 persen, tomat buah 22,55 persen, kembang kol naik 20,40 persen, kerang naik 15,28 persen, emping mentah naik 10,41 persen, ikan baung naik 9,97 persen, sawi putih naik 8,82 persen, gabus naik 7.71 persen, majalah berkala/dewasa naik 6,50 persen, daun bawang naik 5,78 persen, terong panjang naik 5,69 persen, ikan salai naik 5,49 persen, dan sandal kulit naik 4,55 persen.

Penurunan harga terjadi antara lain pada angkutan udara turun minus 3,38 persen, cabe hijau turun minus 9,31 persen, cabe merah turun minus 8,99 persen, dan lain-lain.

Yang lebih aneh lagi menurut Kepala BPS Riau Drs Mawardi Arsyad tapi itu nyata justeru terjadi pada impor BBM ke Riau lima kali lipat meningkatnya pemakaian BBM yakni bulan April 2014 mencapai 44,76 juta dolar AS atau naik 542,44 persen dibanding impor bulan Maret 2014 yang besarnya 6,97 juta dolar AS, sedangkan impor migas Januari-April 2014 sebesar 100,87 juta dolar AS atau turun sebesar 20,17 persen dibanding Januari-April 2013 yang besarnya 126,36 juta dolar AS. "Padahal Riau daerah penghasil migas, tapi impor migas ke Riau meningkat. Saya rasa meningkatnya impor BBM ke Riau karena kebutuhan untuk provinsi tetangga Sumatera Barat dan Jambi," kata Mawardi Arsyad.

Mawardi Arsyad merasa prihatin karena nasib petani di Riau belum sejahtera. Di mana nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Riau Mei 2014 sebesar 97,00 atau turun 1,40 persen dibanding NTP April 2014 yang mencapai 98,38. Penurunan ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 1,08 persen sementara indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,33 persen. Di sini artinya artinya petani menjual hasil panennya dengan harga Rp97 tapi membeli barang lain dengan harga Rp100.(ram)