Kanal

Besarnya Ikan di Sungai Subayang , Lihat Anggota DPRD Kampar Ini Menggendong Ikan

RADARPEKANBARU.COM-Keindahan dan keasrian Pantai Sungai Subayang, membuat tempat ini cocok untuk dijadikan tempat wisata,sungai juga menyimpan pantai pasir dan batu yang begitu indah. Meski tersuruk di tepi lubuk, keindahannya begitu mempersona. Keaslian alam air yang jernih, memiliki kekayaan sumberdaya alam dan banyaknya Ikan alami yang luar biasa.

"Aku bangga menjadi anak sungai subayang, yang pada hari ini satu-satunya sungai di Riau yang tidak tercemar oleh limbah industri & juga penambangan liar...," Kata Ramadhan anggota DPRD Kampar, sebagaimana dikutip radarpekanbaru.com dari postingan akun FBnya, senin (28/3).

Indahnya pantai Sungai Subayang, Kampar Kiri.

Selama ini yang kita tahu pantai pasir berada di tepi laut. Namun, pantai pasir putih juga bisa ditemukan di tepi sungai, yakni Sungai Subayang. Letak persisnya berada di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar atau tidak jauh dari Lipat Kain.

Perjalanan yang harus ditempuh untuk sampai ke lokasi pantai sungai ini memang cukup jauh. Sekitar tiga jam dengan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Memang tersuruk. Jauh. Persis di tepi lubuk yang disebut lubuk larangan, yaitu sebuah lubuk yang tidak boleh diambil ikannya. Ini sudah ketentuan masyarakat setempat.

Sabtu (21/6) lalu, tim tour sejumlah wartawan yang dimotori oleh Riau Pos berkesempatan sampai ke lokasi ini bersama tim Riau Ecotourism II yang digagas Sahabat Walhi (Sawa), Riau. Setelah sampai di Lipat Kain, perjalanan selanjutnya menuju Desa Gema atau sekitar satu jam dari Lipat Kain. Jalan belok ke arah kanan pada pertigaan jalan tidak jauh dari Lipat Kain sebelum jembatan besar, menjadi pertanda termudah untuk sampai ke desa ini. Papan nama Makam Syekh Burhanuddin, lebih memperjelas pertanda tersebut.

Setelah sampai di Desa Gema, perjalanan dilanjutkan ke Desa Tanjung Belit atau ke arah air terjun Batu Dinding. Ya, lokasi pantai sungai ini memang tidak jauh dari lokasi air terjun, atau sekitar 40 menit melalui jalur darat. Sedangkan melalui jalur sungai bisa ditempuh dengan jarak sekitar 15 menit saja. Rombongan memilih jalur darat. Pengunjung lain tinggal memilih jalur mana yang hendak ditempuh. Jalur darat maupun jalur sungai, memiliki sensasi yang berbeda.

Jalur darat lebih sulit dan ekstrim karena harus naik turun bebukitan, tapi pengunjung bisa melihat beraneka jenis pohon besar dan tinggi menjulang. Pengunjung juga bisa menikmati bebatuan besar serta gemuruh air terjun yang menjadi musik di sepanjang perjalanan.

Pesona yang tidak kalah indahnya juga bisa dinikmati dengan leluasa saat perjalanan ditempuh melalui jalur sungai. Pepohonan rimbun sepanjang sungai, air sungai nan hijau, lubuk, bebatuan besar maupun kecil, pantai pasir dan kerikil di beberapa titik, menjadi pemandangan yang tidak membosankan. Suara Pancung (perahu kecil dengan mesin), menjadi hiburan unik yang menambah damai suasana hari.

Perjalanan yang melelahkan ketika itu seakan hilang saat melihat hamparan pasir putih. batu-batu kecil yang berada di antara pasir dan bibir sungai, membuat suasana sungai semakin terasa. Terlebih hutan rimbun yang menghampar di kanan, kiri dan seberang sungai.

"Ini pantai pertama. Kita akan menuju ke pantai kedua yang lebih luas," jelas Yayang Bolang Winata sebagai koordinator kegiatan.

Pantai pertama ini juga berada di tepi lubuk, tapi bukan lubuk larangan. Di bagian kanannya, terdapat pantai dengan pasir putih yang langsung bertemu dengan bibir sungai. Pasir putih yang lembut, persis seperti pasir pantai di tepi laut. Di bagian kirinya, terdapat batu-batu besar. Unik. Bentuknya berjenjang. Ada yang tinggi dan ada yang rendah. Di sebelahnya lagi, terdapat batu-batu kayu. Disebut batu kayu, karena posisinya rebah seperti kayu tumbang dan tekstur dan warnanya memang mirip dengan kayu.

Pantai kedua atau lokasi utama pelaksanaan iven Riau Ecotourism II terlihat dari pantai I. Pantainya lebih luas dan panjang. Air sungai di depan pantai ini tidaklah dalam, tapi arusnya cukup deras. Bisa terserat arus, apalagi kalau tidak pandai berenang.

Sedangkan di bagian kiri pantai, terdapat sebuah lubuk. Tali panjang yang melintang di atas sungai, menjadi batas antara sungai dengan Lubuk Larangan. Masyarakat setempat tidak boleh mengambil ikan di lubuk ini. Apalagi peserta Riau Ecotourism II atau pengunjung lain. Awas, bisa terkena pantang larangan!

Di seberang pantai ini terdapat pulau kecil yang ditumbuhi pohon unik. Pohon ini disebut pohon akar arus sungai. Sebab, akarnya yang tunjang mirip gelombang arus sungai. Tidak jauh dari pulau ini, terdapat anak sungai kecil yang dari kejauhan mirip sekali dengan gua.

Di pantai kedua inilah sekitar 60 peserta Riau Ecotourism II dari berbagai komunitas di Riau, menikmati keindahan alam. Mereka mengabadikan pesona itu melalui jepretan kamera. Mereka juga mendiskusikan dan siap 'menjual' kekayaan alam Riau tersebut menjadi sebuah destinasi wisata yang layak dan patut dikembangkan.

"Mengapa kami memilih pantai sungai ini menjadi destinasi kedua Riau Ecotourism, karena memang menurut kami tempat ini layak dikunjungi. Alami, unik dan jauh dari keramaian. Kita semua harus berkerja sama mengembangkan kawasan ini menjadi tempat wisata. Apalagi ada air terjun juga di sini. Dengan kegiatan ini, peserta akan beramai-ramai mempublikasikan melalui jejaring sosial, baik FB, twitter, BBM, SMS atau bahkan dari mulut ke mulut saja. Sudah pasti media massa sangat berperan di sini," beber Yayang.

Setelah puas bermain dan menikmati keindahan sungai sejak siang, senja hingga ke pagi, seluruh peserta Riau Ecotourism yang membawa peralatan camping masing-masing, kembali ke Pekanbaru keesokan harinya. Kenangan, kebersamaan dan tali silaturrahmi yang semakin erat, menjadi bekal untuk destinasi Riau Ecotourism berikutnya.

(radarpku/riaupos)

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER