Kanal

Coba Buka Silsilah Andiko 44, Maka Jelas Bahwa Jefry Noer Adalah Pucuok Andiko Palsu

RADARPEKANBARU.COM-Kedatuan Andiko Muaratakus mencatat tidak ada dalam silsilah bahwa Jefry Noer sebagai pucuok andiko.

Mengutip keterangan dari Amirullah, S.Pd Dosen Luarbiasa Universitas Muhamadyah Pekanbaru peneliti dari Yayasan Matankari Riau , menungkapkan silsilah Andiko Nan 44.

Sangat jelas bahwa Jefry Noer Cs tidak tercatat dalam silsilah pewaris pucuk andiko.

Berikut mari kita simak :
 
"Rantau barajo, rajo bapenghulu, penghulu baradat, adat baandiko."

Rantau menurut KBBI ialah 1. Pantai sepanjang teluk (sungai); pesisir. 2 Daerah (negeri) di luar daerah sendiri atau daerah di luar kampung halaman; negeri asing. Sedangkan rantau berasal dari kata antau/anta. Antau/anta ialah suatu kawasan yang dipimpin oleh seorang raja sebagai penguasa tertinggi.

Namun tidak semua wilayah rantau/antau itu memiliki seorang raja, akan tetapi suatu rantau bisa mengakui raja dari rantau/wilayah yang lainnya. Kata rantau/antau juga berasal dari prosesi pengambilan/permintaan raja di wilayah kerajaan yang lebih besar kekuasaannya.

Raja/Rajo adalah pemimpin tertinggi di suatu kawasan rantau/antau. Raja juga merupakan pemegang kedaulatan kekuasaan yang diamanahkan oleh para penghulu bagian-bagian kawasan. Kata koto sendiri berasal dari kata Kotuo. Koto juga bermakna kata, disebabkan lahirnya koto itu dari sebuah kesepakatan.

Kata juga merupakan tuah persatian para datuk. Mulai dari menetapkan pemimpinnya, bentuk, baik buruknya, keamanan, akses, gangguan binatang buas, serangan musuh sampai pada bentuk bangunannya, baik berupa balai sampai pada menetapkan hari baik pembangunannya.

Semua kebutuhan sudah dipikirkan masak-masak sebelum membuatnya, olun mulai, olah nampak siapnyo. Koto di bangun dari pertimbangan akses yang dekat dengan pusat-pusat pertanian dan perekonomian. Bentuk koto dipagari benteng tanah dialiri sungai-sungai kecil yang mengalir ke sungai induk (besar). Sungai kecil dan sungai yang tidak mengalir ke sungai induk dihubungkan dengan pembuatan parit/kanal/bandar.

Hal itu dilakukan agar ia tidak mudah dijangkau oleh serangan musuh baik manusia maupun binatang buas. Di dalam kanal dan disekelilingnya dipagari oleh pagar tanah yang tinggi yang berfungsi sebagai benteng terutama agar air tidak membanjiri koto.

Koto dilihat dari letaknya, Koto Induk, ada Koto di dalam, di luar, di Tongah (tengah), di Mudik (hulu), dan di ulak (hilir). Di samping itu ada Koto Lama dan Koto Baru, hal ini ditinjau dari perpindahan keadaan alam yang berubah, misalnya berpindahnya aliran sungai bisa menyebabkan koto berpindah atau karena hal lainnya yang menyebabkan lahirnya sebuah koto.

Seperti bencana alam, akses, gangguan binatang buas dan lainya. Kalau menurut fungsinya, koto di dalam berfungsi sebagai pusat/koto induk. Koto di luar berfungsi sebagai pintu masuk atau salah pintu rayo (raya). Di tongah koto berfungsi sebagai pusat dan disebut juga Koto Induk/Koto Godang (besar). Koto Hulu (mudik) dan Hilir (ulak) sebagai pintu atau benteng. Setiap Koto dipimpin oleh seorang Datuk Bandaro. Gelar Datuk Bandaro diambil dari anak atau pewaris Dara Putri Muaratakus.

Penghulu/Bandaro ialah pemimpin kaum berbilang suku yang ditinggikan seranting didahulukan selangkah di dalam kawasan adat.

Adat adalah sistem nilai/aturan yang lahir dari sistem tatanan masyarakat sesuai dengan kebiasaan masa lalu dan kesepakatan yang kemudian menjadi baku untuk dijadikan sebagai pedoman/dasar kehidupan dalam suatu kawasan tertentu.

Andiko adalah sistem kepemimpinan dalam tatanan masyarakat adat kedatuan. Gugusan pemerintahan adat yang dijadikan sebagai tempat perkumpulan para datuk/datu atau Federasi Kedatuan. Sedangkan Kedatuan adalah yang melahirkan konsep rantau/antau yang beraja-raja. Kedatuan itu adalah para datu yang merupakan turunan dari Puti (putri) di dalam mitologi yang dipercayai oleh masyarakat adat dewa dewi kayangan yang menetap di Mahligai Bungsu sungai Tangkui Hulu Batang Kampar (Kampau) yang sekarang Muaratakus.

Menurut salah seorang ahli waris Kedatuan Andiko Muaratakus Suhaimi Zein mengatakan Alam Soko adalah pusat Kedatuan, dipimpin oleh pucuk Andiko Nan 44 yakni Ninik Datuk Raja Dubalai sebagai raja Soko, Pisoko jo Limbago bertempat di Muaratakus/Mutangkui. Alam Pisoko tempat para datuk atau pucuk-pucuk adat di wilayah adat Andiko yang merupakan perpanjangan tangan dari Ninik Datuk Raja Dubalai sebagai Bandaro Andiko. Sedangkan alam Limbago merupakan wilayah di luar alam Soko dan Pisoko yang masih menggunakan adat Andiko Nan 44.

Pewaris Kedatuan Andiko yang lain Syahru Ramadhan mengatakan bahwa lahirnya konsep adat Tigo tungku sajorangan, tali bapilin tigo, yang menyebutkan bahwa Luhak yang tertua adalah luhak Limapuluh. Walaupun yang berkuasa di luhak Lima Puluh itu Puti Nan Bungsu, ia merupakan cikal bakal lahirnya alam Kedatuan Andiko yang berpucuk di Muaratakus/Mutakui/Matankari.

Maka menjadi wajar banyak pendapat yang mengatakan kemudian bahwa Luhak Lima Puluh menjadi luhak yang termuda karena diwarisi oleh Puti nan Bungsu. Nan bungsulah sang penunggu istana Mahligai, yang tua tentunya mencari tempat baru untuk melakukan pengembangan kekuasaan para Puti atau penghidupan baru.

Kepemimpinan walau yang berkuasa seorang perempuan namun dalam pemakaiannya diamanatkan kepada laki-laki sebagai Ninik, datuk, mamak dan seterusnya. Itulah yang disebut suku ibu (matriakat). Sebelum beraja-raja, maka yang ada ialah para Puti yang kekuasaannya dijalankan oleh para Datu. Intinya Puti Bungsu itulah pemegang komando Kedatuan, yang dijalankan oleh putra mahkota selaku pucuk tertinggi Andiko 44. Maka kemudian dalam perkembangannya, rantau-rantau sekitar yang belum berpenghuni kemudian menjadi ramai dengan peradaban kian maju dengan tingkat arus perdagangan yang tinggi. Sehingga kemudian pucuk dari kaum-kaum bermufakat untuk meminta seorang raja di wilayah/rantau kepada pucuk kedatuan andiko. Begitu pula para raja dari rantau-rantau sekitarnya. Sebab mereka merupakan seasal dan senenek moyang adanya.

Luhak Lima Puluh

Yang dimaksud Luhak Limapuluh adalah:
- Sialang balantak bosi/kaghang diompeh ombak (pantai Sumatera, di pesisir Kabupaten Pasaman Barat).
- Durian di takuok rajo  (Kualo Jambi/Lubuok Jambi).
- Buayo putioh daguok, sipisak sipisau anyuik (Bagan).

Luak Lima Puluh

Yang dimaksud luak limapuluh adalah:

Andiko 44, 40 Tapung Jo Kampau, 4 di Laghe Kopu,jumlahnyo 44 Andiko.  Sughang (seorang) Pucuk Bandaro Rajo di Rokan (Raja Lima Selo Rokan, Koto Lamo, Koto Tongah, Pasir Rambah dan Dalu-dalu), Limo di Limo Koto (Kuok, Salo, Bangkinang, Air Tiris, dan Rumbio), ba-Ninik ke Ninik Datuk Rajo Dubalai di Motakui.

Alam membuktikan di Balai Tanah di Padang Si Ontah (Payakumbuh) inilah sohib yang duduk Balimbago di Alam Limbago Balai Tanah Mutakui (Muaratakus). Yang sahih 44, yang sah 50 Andiko.

Inilah Niniek nan Baompek (berempat) di Hulu Batang Kampau Alam Minanga Kampau:

- Dt Majo Indo di Koto Lawe
- Dt Siri Marajo di Mungka
- Dt Bandaro di Muara Mahat (Maek/Mahat)
- Ba-Ninik ke Ninik Dt Rajo Dubalai di Motakui (Muaratakus).

Selanjutnya Datuk Rajo Nan Batigo (Setelah Ninik Dt. Rajo Dubalai di Rajakan):

- DatukRajo Tuo di Rao (Pasaman)
- DatukRajo Tongah di Patomuon Hulu Kampau
- DatukRajo Bungsu di Motakui

Inilah Datuk Nan Batigo selaku Pucuk Andiko yang berkuasa di alam Kedatuan Minanga Kampau:

- Ninik Dt Rajo Dubalai di Motakui,
- Dt Sati di Gunung Malelo
- Dt Bandaro di Tanjung.

Sementara itu yang diberi amanah oleh Ninik Datuk Raja Dubalai untuk memegang Pucuk kuasa (kedatuan) adat istiadat di alam Minanga Kampua yaitu:

1. Dt. Majopaik/Dt. Sibijayo di Pintu Rayo adalah Monti Pertahanan (HANKAM) di alam Minanga Kampau.
2. Dt.Jati Bilang Pandai adalah Tokoh Cendekiawan kedatuan Andiko (ilang di antau: Urang Codiok mulo di sobuik, urang bijak mulo dipakai. Nan Duduok di dalam, Pucuk segalo Datuk, jikok duduk di lua Rajo nan Bijaksana)sang penjaga kedaulatan alam Soko, Pisoko jo Limbago.

Selain itu Ninik Dt. Rajo Dubalai memiliki Monti-monti, Dubalang-dubalang dan Malin-malin dilingkungan pucuk-pucuk andiko serta di setiap koto/Andiko Nan 44 maupun nan di Limapuluh.

Begitu indah disampaikan dalam paparan Curaian Andiko Nan 44 pada bait ke 5-6 dari 44 bait, yang berbunyi: (5) Putera Andiko gagah perkasa,Melaksanakan titah tekad pertama,Membela negeri tanah tercinta .Pulau perca negeri Sumatera,Guna kepentingan orang bersama,(6) perahu dinaiki tiga putra,pencalang kuning nama bahtera,bekal dipersiapkan seketika,comin towi panah dupanya. (radarpku)



Sumber ; Kedatuan Andiko Muaratakus Oleh Amirullah, SPd

 

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER