Kanal

Erdogan: Kami Ingin Hubungan Win-Win dengan AS

ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Turki ingin menjalin hubungan win-win atau sama-sama menguntungkan dengan negara sekutu NATO,  Amerika serikat (AS). Hal ini menurutnya dikarenakan kepentingan bersama dengan AS lebih besar daripada perbedaannya.

Erdogan juga menyerukan lebih banyak kerja sama dengan pemerintahan baru AS di bawah kepemimpinan Joe Biden. "Hubungan Turki-Amerika diuji secara serius baru-baru ini, tetapi kemitraan strategis telah mengatasi semua jenis kesulitan," ujar Presiden Erdogan dalam konferensi video dalam program yang dirilis untuk peluncuran Komite Pengarah Nasional Turki-Amerika (TASC), dikutip laman Hurriyet Daily News, Senin.

Erdogan mengatakan, AS tidak memberi Turki dukungan dan solidaritas yang diinginkan dalam memerangi PKK dan kelompok terkait. Presiden juga menuntut sikap yang jelas dari sekutu Turki tersebut. "Kami mengharapkan sikap yang jelas dari semua sekutu kami setelah serangan teroris pengecut yang merenggut nyawa 13 warga negara kami," kata Erdogan.

Pekan lalu, Turki menuduh AS mendukung "teroris" dan memanggil duta besarnya setelah Washington menolak untuk segera mendukung pernyataan Ankara bahwa PKK telah mengeksekusi 13 warga negara Turki di Irak. Belakangan, Washington berusaha meredakan pertikaian diplomatik dengan mengatakan bahwa mereka menerima klaim Ankara bahwa PKK telah menewaskan 13 orang Turki.

Baik Washington dan Ankara memandang PKK sebagai organisasi teroris. Hanya saja, AS juga mendukung kelompok YPG di Suriah dalam konflik melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ini memberikan sumber ketegangan lain antara dua sekutu NATO karena Ankara melihat YPG sebagai perpanjangan tangan PKK di Suriah.

Erdogan juga mengulangi rasa frustasinya karena AS menjadi rumah tempat tinggal Fethullah Gulen. Erdogan menuduh Gulen mengatur upaya kudeta berdarah pada 2016. "Kami yakin kepentingan bersama kami dengan Amerika jauh lebih besar daripada perbedaan pendapat kami," kata Erdogan.

Hubungan antara Turki dan AS telah tegang karena sejumlah masalah dalam beberapa tahun terakhir. Pembelian sistem rudal S-400 canggih Rusia oleh Turki membuat mantan Presiden AS, Donald Trump, menjatuhkan sanksi pada industri pertahanan Turki.

Selanjutnya, pengadilan New York pada Mei akan memulai persidangan Halkbank milik negara Turki atas dugaan menghindari sanksi terhadap Iran. Penasihat kebijakan luar negeri Erdogan, Ibrahim Kalin dan Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan melakukan panggilan telepon bulan ini yang menandai kontak resmi pertama sejak Biden menjabat.

Sullivan menyampaikan niat pemerintah untuk memperkuat keamanan transatlantik melalui NATO. Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Emily Horne, Sullivian mengungkapkan keprihatinan bahwa akuisisi Turki atas sistem rudal permukaan-ke-udara Rusia S-400 merusak kohesi dan efektivitas aliansi.

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membahas perselisihan S-400 dan isu lainnya selama panggilan telepon pertama mereka. Diskusi itu muncul setelah pernyataan AS yang menimbulkan pertanyaan tentang keaslian berita jika pembunuhan 13 warga negara Turki baru-baru ini memang oleh PKK, yang secara terbuka dikritik Turki.(rep)

 

Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER