Kanal

Kesederhanaan Pemimpin, Seperti Apa?

RADARPEKANBARU.COM - Sejatinya, seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya dapat mengontrol diri dari berbagai keinginan yang berlebihan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun sayangnya, terkadang seseorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya justru terjebak pada pola hidup boros dan berlebihan.



Padahal, Allah SWT telah mengingatkan, "Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak pula kikir, di antaranya keduanya secara wajar." (QS al-Furqon [25]: 67).

Kesederhanaan dalam memimpin itu tergambar dari kepemimpinan Abu Bakar ash-Shiddiq pengganti Rasulullah SAW, yang berhasil menyatukan semenanjung Arab. Ketika meninggal dunia, Abu Bakar tidak meninggalkan apa pun, baik dinar maupun dirham. Dia hanya memiliki harta seekor unta, sebuah mangkuk, dan seorang pelayan.

Tatkala mendekati wafatnya, Abu Bakar berwasiat kepada Aisyah putrinya agar mengembalikan seluruh uang tunjangan yang telah dikeluarkan Baitul Mal untuk keperluan keluarganya diserahkan kepada khalifah berikutnya. Umar bin Khattab selaku khalifah pengganti Abu Bakar, meneteskan air mata tatkala menerima harta Abu Bakar.

Umar bin Khattab tidak jauh berbeda sederhananya dengan khalifah Abu Bakar pendahulunya. Meskipun menjadi khalifah yang disegani Umar bin Khattab memilih hidup sederhana dengan hanya memiliki satu potong baju dan satu buah jubah yang penuh tambalan. Bahkan, khalifah Umar bin Khattab terbiasa tidur di atas pelepah kurma yang kasar.

Khalifah Ali bin Abi Thalib juga terbiasa dengan pola hidup sederhana. Beliau selama masa pemerintahannya, hanya membeli pakaian murah seharga tiga dirham. Bahkan, suatu hari khalifah Ali bin Thalib pernah ke pasar Kufah bermaksud menjual pedangnya karena ia tidak memiliki uang untuk membeli pakaian.

Termasuk Umar bin Abdul Aziz khalifah pada masa Umayyah yang sangat termashur kesederhanaannya. Pasca-dilantik jadi khalifah dia menolak tinggal di istana, dia tetap tinggal di rumahnya. Semenjak berkuasa ia tidak pernah tidur siang dan bersama keluarganya tidak pernah lagi menikmati makanan-makanan lezat.

Kesederhaan juga tampak pada diri Shalahuddin al- Ayyubi Sultan sekaligus Panglima Perang terkemuka. Ketika meninggal dunia kekayaan Salahuddin yang tersisa hanya empat puluh sen dirham Nashiriyah dan sekeping uang emas yang biasa digunakan masyarakat.

Begitulah para pemimpin Muslim dalam menerapkan dan mengajarkan arti sebuah kesederhanaan. Bahwa dalam mengemban amanah kepemimpinan itu janganlah sampai terperosok dalam kehidupan yang penuh dengan kemewahan dan keserakahan.

Pola hidup sederhana bagi seorang pemimpin adalah di mana seorang pemimpin itu mampu memilih dan membedakan mana yang benar-benar menjadi kebutuhan pokoknya. Sebab, tidak semua yang diinginkan adalah yang dibutuhkan seorang pemimpin.(rep)

 

 
 
Ikuti Terus Riaupower

BERITA TERKAIT

BERITA TERPOPULER