PILIHAN +INDEKS
Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Dibaca : 2544 Kali
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Dibaca : 2706 Kali
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
Dibaca : 2520 Kali
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Dibaca : 2376 Kali
Air Sumur dan Parit Asin
Warga Kembung Lari ke Hutan
ILustrasi
Bengkalis, (radarpekanbaru.com) - Ratusan warga Dusun Buyung Desa Kembung Luar dihadapkan kondisi serba sulit di saat musim kemarau. Untuk kebutuhan mandi dan mencuci, masak dan minum mereka lari ke kebun-kebun dan di pinggir hutan untuk mencari air karena sumur dan parit mereka sudah berubah menjadi asin seperti air laut.
Kondisi seperti itu terjadi saban kali musim kering melanda. Sudah berpuluh kali masyarakat meminta agar pemerintah membangun sumur-sumur bor di kampung mereka, tapi sampai hari ini belum ada sumur bor yang dibangun.
''Kasihan masyarakat, saban kali musim kering harus berjibaku mencari air bersih. Sebagian warga terpaksa pergi ke kebun-kebun dan pinggir hutan yang ada paritnya. Air hujan di penampungan sudah habis, sementara air sumur dan parit sudah brubah menjadi air laut," ujar Masitah, tokoh masyarakat setempat, Minggu (16/2).
Air-air parit di areal perkebunan tersebut juga mulai tidak jernih lagi. Ditengarai air di parit tersebut juga tidak layak untuk dikonsumsi. Tapi masyarakat tidak punya pilihan lain, mau tak mau yang tetap mengonsumsinya.
Keinginan warga agar di kampung mereka dibangun sumur bor bukan baru satu atau dua tahun ini saja, tapi sejauh ini belum ada realisasinya.
''Sumur bor bukan proyek wah yang harus menghabiskan anggaran milyaran. Satu sumur bor paling mahal Rp10 juta, untuk membangun 10 sumur bor baru menghabiskan anggaran Rp 100 juta. Anggaran yang sangat kecil apalagi dibanding dengan manfaat yang bakal diterima oleh masyarakat,'' jelasnya.
Kondisi kerisis air saat musim kering seperti ini kata Masitah sebetulnya tidak hanya dialami masyarakat Kembung Luar, tapi juga sejumlah desa lainnya terutama di wilayah pesisir. Baik di pesisir Selat Melaka maupun Selat Bengkalis.
''Mohon pemerintah perhatikan ini. Kasihan masyarakat, saban tahun harus bersusah payah mencari air bersih. Anggarannya juga tidak sampai milyaran, paling besar Rp 200-Rp 300 juta untuk desa-desa yang sulit mendapatkan air bersih,'' harapnya.(rp/grc)
Kondisi seperti itu terjadi saban kali musim kering melanda. Sudah berpuluh kali masyarakat meminta agar pemerintah membangun sumur-sumur bor di kampung mereka, tapi sampai hari ini belum ada sumur bor yang dibangun.
''Kasihan masyarakat, saban kali musim kering harus berjibaku mencari air bersih. Sebagian warga terpaksa pergi ke kebun-kebun dan pinggir hutan yang ada paritnya. Air hujan di penampungan sudah habis, sementara air sumur dan parit sudah brubah menjadi air laut," ujar Masitah, tokoh masyarakat setempat, Minggu (16/2).
Air-air parit di areal perkebunan tersebut juga mulai tidak jernih lagi. Ditengarai air di parit tersebut juga tidak layak untuk dikonsumsi. Tapi masyarakat tidak punya pilihan lain, mau tak mau yang tetap mengonsumsinya.
Keinginan warga agar di kampung mereka dibangun sumur bor bukan baru satu atau dua tahun ini saja, tapi sejauh ini belum ada realisasinya.
''Sumur bor bukan proyek wah yang harus menghabiskan anggaran milyaran. Satu sumur bor paling mahal Rp10 juta, untuk membangun 10 sumur bor baru menghabiskan anggaran Rp 100 juta. Anggaran yang sangat kecil apalagi dibanding dengan manfaat yang bakal diterima oleh masyarakat,'' jelasnya.
Kondisi kerisis air saat musim kering seperti ini kata Masitah sebetulnya tidak hanya dialami masyarakat Kembung Luar, tapi juga sejumlah desa lainnya terutama di wilayah pesisir. Baik di pesisir Selat Melaka maupun Selat Bengkalis.
''Mohon pemerintah perhatikan ini. Kasihan masyarakat, saban tahun harus bersusah payah mencari air bersih. Anggarannya juga tidak sampai milyaran, paling besar Rp 200-Rp 300 juta untuk desa-desa yang sulit mendapatkan air bersih,'' harapnya.(rp/grc)
BERITA LAINNYA +INDEKS
94 Persil Lahan Dibebaskan, Flyover Simpang Garuda Sakti-Soebrantas Segera Dibangun
RADARPEKANBARU.COM - Pemprov Riau terus menggesa pembangunan Flyover di simpang Garuda Sakti-Soebran.
Disnakertrans Riau Kirim Tim Pengawas Selidiki Perusahaan Belum Bayar THR
RADARPEKANBAARU.COM - Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Riau mengirim tim pengawas.
Libur Lebaran, 416.007 Kendaraan Lewati Tiga Jalan Tol di Riau
RADARPEKANBARU.COM - Sebanyak 416.007 unit kendaraan melintasi tiga ruas jalan tol di Provinsi Riau .
Dalam 6 Jam Pembunuh Istri di Pelalawan Berhasil Dingkus Polisi
RADARPEKANBARU.COM - Polres Pelalawan ringkus HYL tersangka pembunuhan secara sadis dengan melakukan.
KPU Tetapkan Syarat Minimal Dukungan untuk Calon Independen Pilkada Rohul
RADARPEKANBARU.COM - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Rokan Hulu tengah mempersiapkan tahapan P.
33 Laporan Perusahaan Tak Bayar THR Karyawan, Disnaker Riau Turunkan Tim Pengawas
RADARPEKANBARU.COM - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi .
TULIS KOMENTAR +INDEKS