PILIHAN +INDEKS
Plt Bupati Asmar Terima Penghargaan Cakaplah Awards 2024
Dibaca : 2552 Kali
Bengkalis Dinobatkan Daerah Informatif, Industri Pers Dipandang Sebelah Mata
Dibaca : 2714 Kali
Polsek Rangsang Ungkap Sindikat 3 Pengedar Narkoba Dalam Satu Hari
Dibaca : 2529 Kali
OpsTertib Ramdhan LK 2024 Sinergitas Subuh Keliling TNI POLRI
Dibaca : 2386 Kali
Situs Porno Bisa Lacak History yang Ditonton Pengguna
Ilustrasi
RADARPEKANBARU.COm - Menonton video porno di internet ternyata membahayakan privasi para penggunanya. Sekali melihat, maka seluruh informasi data dan sejarah penelusuran konten porno akan selalu melekat pada penggunanya.
Hal ini dikatakan ahli software asal San Fransisco, Brett Thomas setelah berbincang dengan pemain industri hiburan dewasa. Menurut dia, para penikmat video porno sedang diawasi oleh software tertentu. Dari software itu, di kemudian hari, akan sangat mudah menguak daftar kelam sejarah penelusuran situs porno yang mereka akses.
"Jika pengguna menonton video porno secara online, meskipun dalam mode 'sembunyi', itu bisa terlacak. Video-video porno yang pernah anda lihat akan di daftar. Si A pernah menonton film porno berjudul ini, ini dan ini," ujar Thomas, seperti dikutip laman Motherboard, Kamis 8 April 2015.
Menurut Thomas, setiap browser memiliki konfigurasi yang unik. Konfigurasi itu bisa menyiarkan beragam informasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengguna kemanapun mereka menelusuri internet. Ini dinamakan Thomas sebagai 'jejak'. Ini berlaku untuk penelusuran apapun, tak hanya situs porno.
Contohnya, jika seseorang mengklik suatu konten di satu situs porno, maka ia tidak hanya mengirim permintaan untuk mengakses situs tersebut, yang disebut sebagai pihak pertama. Namun juga mengirim permintaan ke pihak ke tiga, baik Google, perusahaan web-tracking AddThis, dan perusahaan iklan porno.
"Selain itu, data untuk mengidentifikasi komputer, seperti alamat IP, juga dikirim bersamaan dengan permintaan akses itu," papar Thomas.
Dengan itu semua, kata Thomas, bisa menyebabkan peretasan yang sekarang sering terjadi. Artinya, dengan mengakses situs porno, pengguna sama saja memberikan data dan perilaku berselancar di dunia maya secara cuma-cuma ke pihak lain. Data ini bisa saja dipaparkan ke khalayak.
"Aksi ini tidak hanya memungkinkan, tapi peretas memang bisa menggunakan basis data, yang berisi daftar penelusuran konten porno anda, dan menguaknya ke seluruh pengguna internet," kata Thomas.
Saat meneliti pola tersebut menggunakan aplikasi Ghostery, yang mampu mengidentifikasi dan memblokir elemen pelacak yang diinstal di web, ditemukan bahwa setiap situs porno memiliki elemen pelacak seperti yang dimaksud.
Elemen itu juga sekaligus mengirimkan data ke perusahaan pihak ketiga seperti Google, Tumblr, Pornvertising dan DoublePimp. Bahkan, kata Thomas, 88 persen dari 500 situs porno menginstal tracking-elements.
"Pola penulisan link URL merupakan informasi dasar dari permintaah HTTP. Jika penulisannya menggunakan angka, mungkin tidak terlalu memberikan kejelasan hasil penelusuran. Namun jika link berupa judul yang terdiri dari kata, maka bisa dipastikan itu akan menjadi kejelasan dari penelusuran yang situs porno yang anda akses," katanya.
Menurut Thomas, dari lima situs porno yang ia teliti, tiga di antaranya memiliki link yang terdiri dari susuna kata atau judul. Mereka adalah XVideos, XHamster, dan XXNX. Sedangkan Pornhub dan Redtube masih menggunakan string numerik dalam url atau link konten.
Dilansir Wallstreet Journal, 30 juta penduduk Amerika selalu menonton porno online secara reguler.(viva)
Hal ini dikatakan ahli software asal San Fransisco, Brett Thomas setelah berbincang dengan pemain industri hiburan dewasa. Menurut dia, para penikmat video porno sedang diawasi oleh software tertentu. Dari software itu, di kemudian hari, akan sangat mudah menguak daftar kelam sejarah penelusuran situs porno yang mereka akses.
"Jika pengguna menonton video porno secara online, meskipun dalam mode 'sembunyi', itu bisa terlacak. Video-video porno yang pernah anda lihat akan di daftar. Si A pernah menonton film porno berjudul ini, ini dan ini," ujar Thomas, seperti dikutip laman Motherboard, Kamis 8 April 2015.
Menurut Thomas, setiap browser memiliki konfigurasi yang unik. Konfigurasi itu bisa menyiarkan beragam informasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pengguna kemanapun mereka menelusuri internet. Ini dinamakan Thomas sebagai 'jejak'. Ini berlaku untuk penelusuran apapun, tak hanya situs porno.
Contohnya, jika seseorang mengklik suatu konten di satu situs porno, maka ia tidak hanya mengirim permintaan untuk mengakses situs tersebut, yang disebut sebagai pihak pertama. Namun juga mengirim permintaan ke pihak ke tiga, baik Google, perusahaan web-tracking AddThis, dan perusahaan iklan porno.
"Selain itu, data untuk mengidentifikasi komputer, seperti alamat IP, juga dikirim bersamaan dengan permintaan akses itu," papar Thomas.
Dengan itu semua, kata Thomas, bisa menyebabkan peretasan yang sekarang sering terjadi. Artinya, dengan mengakses situs porno, pengguna sama saja memberikan data dan perilaku berselancar di dunia maya secara cuma-cuma ke pihak lain. Data ini bisa saja dipaparkan ke khalayak.
"Aksi ini tidak hanya memungkinkan, tapi peretas memang bisa menggunakan basis data, yang berisi daftar penelusuran konten porno anda, dan menguaknya ke seluruh pengguna internet," kata Thomas.
Saat meneliti pola tersebut menggunakan aplikasi Ghostery, yang mampu mengidentifikasi dan memblokir elemen pelacak yang diinstal di web, ditemukan bahwa setiap situs porno memiliki elemen pelacak seperti yang dimaksud.
Elemen itu juga sekaligus mengirimkan data ke perusahaan pihak ketiga seperti Google, Tumblr, Pornvertising dan DoublePimp. Bahkan, kata Thomas, 88 persen dari 500 situs porno menginstal tracking-elements.
"Pola penulisan link URL merupakan informasi dasar dari permintaah HTTP. Jika penulisannya menggunakan angka, mungkin tidak terlalu memberikan kejelasan hasil penelusuran. Namun jika link berupa judul yang terdiri dari kata, maka bisa dipastikan itu akan menjadi kejelasan dari penelusuran yang situs porno yang anda akses," katanya.
Menurut Thomas, dari lima situs porno yang ia teliti, tiga di antaranya memiliki link yang terdiri dari susuna kata atau judul. Mereka adalah XVideos, XHamster, dan XXNX. Sedangkan Pornhub dan Redtube masih menggunakan string numerik dalam url atau link konten.
Dilansir Wallstreet Journal, 30 juta penduduk Amerika selalu menonton porno online secara reguler.(viva)
BERITA LAINNYA +INDEKS
Tingkatkan Komitmen, PHR Selenggarakan Hari Keselamatan untuk Operasi yang Andal
DURI, 11 Desember 2023 — PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) menerapkan Stop Work Authority (SWA) seb.
Cara Membuat Kartu Kredit BRI Online
Berkembangnya teknologi di masa sekarang ini menuntut perubahan layanan perbanka.
TULIS KOMENTAR +INDEKS